Nama : Luh Putu Arishanti.W.
NIM : 16.131.0684
Kelompok : B
Mata Kuliah : Parasitologi
Hari/Tanggal : Selasa, 30 Mei 2017
Praktikum ke-6
Identifikasi Plasmodium sp. pada Sediaan Hapusan Darah Tebal dan Darah Tipis.
TUJUAN
- Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum pengamatan protozoa Plasmodium sp pada sediaan hapusan darah tebal dan tipis.
- Praktikan mampu mencari lapang pandang objek Plasmodium sp dengan mikroskop.
- Praktikan mengetahui morfologi dari Plasmodium sp.
PRINSIP
Sediaan tetes tebal dan hapusan darah tipis malaria, diamati dan diidentifikasi kelainan morfologinya dengan mikroskop secara mikroskopik melalui pembesaran 10x mencari lapangan pandang objek dan 100x dengan penambahan minyak emersi untuk memfokuskan objek yang diamati.
DASAR TEORI
Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai suatu penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat banyak istilah untuk malaria yaitu paludisme, demam intermitens, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai dan ague. Dalam sejarah tahun 1938 pada Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quinine digantikan dengan cinchona (Setiyani, 2014).
Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium. Terdapat empat spesies yang menyerang manusia yaitu :
- Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
- Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana benigna.
- Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale.
- Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana.
Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber infeksinya adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan suatu komplikasi yang berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat (Nurul, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Species plasmodium pada manusia adalah :4
- Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika.
- Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
- Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae (quartana)
- Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.
Kini plasmodium knowlesi yang selama ini dikenal hanya ada pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), ditemukan pula ditubuh manusia. Penelitian sebuah tim internasional yang dimuat jurnal Clinical Infectious Diseases memaparkan hasil tes pada 150 pasien malaria di rumah sakit Serawak, Malaysia, Juli 2006 sampai Januari 2008, menunjukkan, dua pertiga kasus malaria disebabkan infeksi plasmodium knowlesi
Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi yang berat dan bahkan dapat menimbukan suatu variasi manisfestasi-manifestasi akut dan jika tidak diobati, dapat menyebabkan kematian.
Seorang dapat menginfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran / majemuk (mixed infection). Pada umumnya lebih banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan angka penualaran tinggi.
Nyamuk anophelini berperan sebagai vektor penyakit malaria. Nyamuk anophelini yang berperan hanya genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus anopheles ini diketahui jumlahnya kira-kira 2000 species, diantaranya 60 species diketahui sebagai vektor malaria.
Siklus hidup plasmodium
- Siklus pada manusia
Pada saat nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung speciesnya). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.
Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksisel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
- Siklus pada nyamuk anopheles
Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadio okista dan selanjutnya menjadi sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi
Yaitu rentan waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai denagan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung species plasmodium. Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina).
Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit.
Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya sistem retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrsit akibat hemolisis.
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis. Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel darah merah terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus.
Sediaan hapusan darah tepi merupakan slide untuk mikroskop yang pada salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis dan sisi lainnya dibuat tetes tebal dengan darah vena (tanpa antikoagulan) atau darah kapiler yang diwarnai dengan pewarnaan (wright/giemsa) dan diperiksa di bawah mikroskop. Sediaan apus yang baik adalah yang ketebalannya cukup dan bergradasi dari kepala (awal) sampai ke ekor (akhir). Zona morfologi sebaiknya paling dari kurang 5 cm. Ciri sediaan apus yang baik meliputi:
- Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjang ½ – 2/3 panjang kaca.
- Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit tersebar merata berdekatan dan tidak saling menumpuk.
- Pinggir sediaan rata, tidak berlubang dan tidak bergaris-garis.
- Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen.
Kegunaan dari pemeriksaan apusan darah tepi yaitu untuk mengevaluasi morfologi dari sel darah tepi (trombosit, eritrosit, leukosit), memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit, identifikasi parasit. Persyaratan pembuatan apusan darah yaitu objek glass harus bersih, kering, bebas lemak. Segera dibuat setelah darah yang diteteskan, karena jika tidak persebaran sel tidak merata. Leukosit akan terkumpul pada bagian tertentu, clumping trombosit. Teknik yang digunakan menggunakan teknik dorong (push slide) yang pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell Wintrobe dan menjadi standar untuk apus darah tepi (Wahyu, Naela. 2014).
Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis, terutama bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasit yang ditemukan umumnya tidak utuh. Diagnosis tidak apat dibuat bila hanya melihat 1-2 parasit. Untuk itu diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit. Volume darah yang diambil dan parasit yang terkandung dalam darah akan terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga pemeriksaan sediaan darah menjadi cepat. Oleh karena itu dalam penegakan diagnosis malaria menggunakan sediaan darah tebal (Irianto, 2013). Inti sel leukosit biru lembayung tua, hanya granula pada eosinofil yang tampak karena giemsa mengandung eosin yang merupakan pewarna asam. Trombosit berwarna lembayung muda dan berkelompok. Parasit tampak kecil, batas sitoplasma sering tidak nyata. Parasit berbentuk seperti “koma” atau “tanda seru”. Sediaan darah tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling melekat satu sama lain. Volume darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas sehingga sediaan darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi spesies Plasmodium setelah ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tebal (Irianto, 2013).
ALAT & BAHAN
- Alat:
- Alat Tulis.
- mikroskop
- Bahan:
- Minyak imersi
- Sediaan tetes tebal plasmodium positif (Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
- Alkohol 95%.
PROSEDUR KERJA
-
- Digunakan APD yang diperlukan.
- Disiapkan alat dan bahan praktikum yang diperlukan
- Letakkan sediaan di meja mikroskop. Dicari lapangan pandang pada sediaan objek plasmodium sp. dengan menggunakan pembesaran 10x lensa objektif.
- Dicari fokus objek plasmodium sp dengan menggunakan lensa 100x dan menggunakan minyak emersi.
- Dicatat dan didokumentasi objek yang didapatkan. Dibuat laporan sementara.
- Dilakukan langkah 3-5 pada sediaan lainnya.
- Setelah penggunaan mikroskop selesai, bersihkan lensa dengan tissue yang diberi alkohol 96% dengan cara ditekan-tekan pada lensa. Hindari menggosok lensa objektif agar lensa tidak tergores.
- Letakkan mikroskop kembali pada rak mikroskop.
INTERPRETASI HASIL
- HASIL PRAKTIKUM
Hasil
Dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
- Preparat 1 (Plasmodium vivax).
Jenis sediaan : Hapusan darah tipis malaria.
Hasil pengamatan : Leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit.
- Preparat 2 (Plasmodium falciparum).
Jenis sediaan : Tetes tebal malaria.
Hasil pengamatan : Merozoit, tropozoit, mikrogametosit, skizon.
- Preparat 3 (Plasmodium vivax).
Jenis sediaan : Tetes tebal malaria.
Hasil pengamatan : Skizon dan tropozoit.
- Preparat 4 (Plasmodium falciparum).
Jenis sediaan : Hapusan darah tipis.
Hasil pengamatan : Gametosit, merozoit, dan tropozoit.
PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada praktikum yang dilakukan, mahasiswa diberikan 4 jenis sediaan yang berbeda, dimana 2 sediaan adalah sediaan tetes tebal dan hapusan darah tipis Plasmodium vivax dan 2 sediaan lainnya adalah sediaan tetes tebal dan hapusan darah tipis Plasmodium falciparum. Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Nama peyakit malaria yang disebabkan disesuaikan dengan nama spesies plasmodium pada manusia yang menginfeksinya yaitu, 1) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika; 2) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
Morfologi stadium malaria pada stadium awal yaitu, trofozoit muda (bentuk cincin): Sitoplasma sebagai lingkaran cincin berwarna biru, inti sebagai matanya berwarna merah atau merah keunguan.
- Trofozoit tua:
– Plasmodium falciparum: Trofozoit tua jarang dijumpai dalam darah tepi (perifer), kecuali pada infeksi berat dan biasanya diikuti oleh adanya bentuk cincin yang sangat banyak jumlahnya.
– Plasmodium vivax: Trofozoit tua P.vivax sangat berbeda-beda dan tidak teratur bentuknya (amuboid).
- Skizon
Skizon tua dari 2 jenis parasit hampir menyerupai bentuk yang terlihat pada sediaan tipis. Tiap-tiap inti mempunyai sitoplasma berwarna biru muda dan masing-masing disebut merozoit
- Gametosit
Selalu dijumpai pigmen yang banyak dan letaknya tersebar pada sitoplasma. Makrogametosit (♀) pigmen mengumpul, mikrogametosit (♂) pigmen menyebar. Gametosit falciparum mudah menentukan karena bentuknya khas seperti pisang dengan ujung tumpul maupun runcing.
Pada praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada preparat 1 sediaan darah tipis didapatkan hasil Preparat 1 (Plasmodium vivax). Sediaan hapusan darah tipis malaria. Mendapatkan hasil gambaran leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit. Tropozoit yang di dapatkan berukuran besar, bentuk sangat irregular, vakuola nyata, kromatin titik – titik atau benang – benang, pigmen halus, warna kuning coklat, penyebaran partikel halus, penyebaran tersebar. Preparat 2 (Plasmodium falciparum). Jenis sediaan tetes tebal malaria. Hasil pengamatannya adalah ditemukan merozoit, tropozoit, mikrogametosit, dan skizon. Tropozoit sedang berkembang: jarang terlihat dalam darah perifer, mempunyai ukuran kecil, berbentuk padat, vakuola tidak dikenal, kromatin titik atau batang – batang, berpigmen bentuk kasar. Skizon Imature (muda): jarang terlihat dalam darah perifer, ukuran hampir mengisi eritrosit, pigmen berkumpul ditengah, kromatin ini banyak berupa massa ireguler. Mikrogametosit: waktu timbul 7-12 hari, jumlah dalam darah banyak, ukuran lebih besar daripada eritrosit, bentuk seperti pisang, sitoplasma biru kemerahan, kromatin granula halus tersebar, pigmen granula gelap tersebar. Skizon mature (tua/merozoit) : 1. Jarang terlihat dalam darah perifier, ukuran hampir mengisi eritrosit, bentuk berpigmen, pigmen berkumpul ditengah.
Preparat 3 (Plasmodium vivax) tetes tebal malaria. Hasil pengamatan : Skizon dan tropozoit. Preparat 4 (Plasmodium falciparum). Hapusan darah tipis. Didapatkan hasil gametosit, merozoit, dan tropozoit. Gametosit yang didapatkan pada sediaan nomor 4 adalah jenis mikrogametosit. Mikrogametosit membentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pigmen disekitar plasma sekitar inti.
Perbedaan penampakan parasit pada sediaan darah tebal dan tipis adalah pada sediaan tetes tebal, lebih mudah menemukan parasit karena sel darah merah (eritrositnya) telah dilarutkan dengan aquadest sehingga hanya meninggalkan parasitnya saja. Dan pada sediaan hapusan darah tipis digunakan untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilaksanakan, dapat ditarik suatu simpulan bahwa pada preparat 1 didapatkan hasil adanya leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit. Preparat 2 dengan hasil merozoit, tropozoit, mikrogametosit, skizon. Preparat 3 didapatkan hasil skizon dan tropozoit dan preparat 4 didapatkan hasil mikrogametosit, merozoit, dan tropozoit. Infeksi parasit Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa dan parasit Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana benigna.
Daftar Pustaka
- Abdul Aziz, Husna. 2015. Perbedaan Sediaan Darah Tipis dan Tebal. Online. http://laboratoryinfo.blogspot.co.id/2015/07/perbedaan-sediaan-darah-tipis-dan-tebal.html. Diakses tanggal 27 Mei 2017.
- Sulfia Rachma, Widiya. 2015. Sediaan Plasmodium Tebal dan Tipis. Online. http://dokumen.tips/documents/sediaan-plasmodium-tebal-dan-tipis.html#. Diakses tanggal 27 Mei 2017.
- 2015. Pemeriksaan Darah untuk Diagnosis. Online. http://yukinarindesu.blogspot.co.id/2015/09/pemeriksaan-darah-untuk-diagnosis.html. Diakses tanggal 27 Mei 2017.
- Imansyah Putra, Teuku Romi. 2011. Malaria dan Permasalahannya. Online. http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/viewFile/3469/3231. Diakses tanggal 5 Juni 2017.
- Wati, Harna. 2008. Plasmodium falciparum. Online. https://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/15/plasmodium-falciparum/. Diakses tanggal 5 Juni 2017.