Identifikasi Plasmodium sp. pada Sediaan Hapusan Darah Tebal dan Darah Tipis.


Nama              : Luh Putu Arishanti.W.

NIM                : 16.131.0684

Kelompok       : B

Mata Kuliah    : Parasitologi

Hari/Tanggal  : Selasa, 30 Mei 2017

Praktikum ke-6

 

Identifikasi Plasmodium sp. pada Sediaan Hapusan Darah Tebal dan Darah Tipis.

TUJUAN

  1. Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum pengamatan protozoa Plasmodium sp pada sediaan hapusan darah tebal dan tipis.
  2. Praktikan mampu mencari lapang pandang objek Plasmodium sp dengan mikroskop.
  3. Praktikan mengetahui morfologi dari Plasmodium sp.

PRINSIP

Sediaan tetes tebal dan hapusan darah tipis malaria, diamati dan diidentifikasi kelainan morfologinya dengan mikroskop secara mikroskopik melalui pembesaran 10x mencari lapangan pandang objek dan 100x dengan penambahan minyak emersi untuk memfokuskan objek yang diamati.

DASAR TEORI

Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai suatu penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat banyak istilah untuk malaria yaitu paludisme, demam intermitens, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai dan ague. Dalam sejarah tahun 1938 pada Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quinine digantikan dengan cinchona (Setiyani, ‎2014).

Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium. Terdapat empat spesies yang menyerang manusia yaitu :

  • Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
  • Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana benigna.
  • Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale.
  • Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana.

Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber infeksinya adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan suatu komplikasi yang berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat (Nurul, 2008).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Species plasmodium pada manusia adalah :4

  1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika.
  2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
  3. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae (quartana)
  4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.

Kini plasmodium knowlesi yang selama ini dikenal hanya ada pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), ditemukan pula ditubuh manusia. Penelitian sebuah tim internasional yang dimuat jurnal Clinical Infectious Diseases memaparkan hasil tes pada 150 pasien malaria di rumah sakit Serawak, Malaysia, Juli 2006 sampai Januari 2008, menunjukkan, dua pertiga kasus malaria disebabkan infeksi plasmodium knowlesi

Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi yang berat dan bahkan dapat menimbukan suatu variasi manisfestasi-manifestasi akut dan jika tidak diobati, dapat menyebabkan kematian.

Seorang dapat menginfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran / majemuk (mixed infection). Pada umumnya lebih banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan angka penualaran tinggi.

Nyamuk anophelini berperan sebagai vektor penyakit malaria. Nyamuk anophelini yang berperan hanya genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus anopheles ini diketahui jumlahnya kira-kira 2000 species, diantaranya 60 species diketahui sebagai vektor malaria.

 Siklus hidup plasmodium

  1. Siklus pada manusia

Pada saat nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit

yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung speciesnya). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.

Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksisel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.

  1. Siklus pada nyamuk anopheles

Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadio okista dan selanjutnya menjadi sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.

Masa inkubasi

Yaitu rentan waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai denagan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung species plasmodium. Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina).

Patofisiologi

Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit.

Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya sistem retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrsit akibat hemolisis.

Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis. Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel darah merah terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus.

Sediaan hapusan darah tepi merupakan slide untuk mikroskop yang pada salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis dan sisi lainnya dibuat tetes tebal dengan darah vena (tanpa antikoagulan) atau darah  kapiler yang diwarnai dengan pewarnaan (wright/giemsa) dan diperiksa di bawah mikroskop. Sediaan apus yang baik adalah yang ketebalannya cukup dan bergradasi dari kepala (awal) sampai ke ekor (akhir). Zona morfologi sebaiknya paling dari kurang 5 cm. Ciri sediaan apus yang baik meliputi:

  1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjang ½ – 2/3 panjang kaca.
  2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit tersebar merata berdekatan dan tidak saling menumpuk.
  3. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang dan tidak bergaris-garis.
  4. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen.

Kegunaan dari pemeriksaan apusan darah tepi yaitu untuk mengevaluasi morfologi dari sel darah tepi (trombosit, eritrosit, leukosit), memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit, identifikasi parasit. Persyaratan pembuatan apusan darah yaitu objek glass harus bersih, kering, bebas lemak. Segera dibuat setelah darah yang diteteskan, karena jika tidak persebaran sel tidak merata. Leukosit akan terkumpul pada bagian tertentu, clumping trombosit. Teknik yang digunakan menggunakan teknik dorong (push slide) yang pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell Wintrobe dan menjadi standar untuk apus darah tepi (Wahyu, Naela. 2014).

            Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis, terutama bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasit yang ditemukan umumnya tidak utuh. Diagnosis tidak apat dibuat bila hanya melihat 1-2 parasit. Untuk itu diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit. Volume darah yang diambil dan parasit yang terkandung dalam darah akan terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga pemeriksaan sediaan darah menjadi cepat. Oleh karena itu dalam penegakan diagnosis malaria menggunakan sediaan darah tebal (Irianto, 2013). Inti sel leukosit biru lembayung tua, hanya granula pada eosinofil yang tampak karena giemsa mengandung eosin yang merupakan pewarna asam. Trombosit berwarna lembayung muda dan berkelompok. Parasit tampak kecil, batas sitoplasma sering tidak nyata. Parasit berbentuk seperti “koma” atau “tanda seru”. Sediaan darah tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling melekat satu sama lain. Volume darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas sehingga sediaan darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi spesies Plasmodium setelah ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tebal (Irianto, 2013).

ALAT & BAHAN

  1. Alat:
  • Alat Tulis.
  • mikroskop
    1. Bahan:
  • Minyak imersi
  • Sediaan tetes tebal plasmodium positif (Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
  • Alkohol 95%.

  PROSEDUR KERJA

    1. Digunakan APD yang diperlukan.
    2. Disiapkan alat dan bahan praktikum yang diperlukan
    3. Letakkan sediaan di meja mikroskop. Dicari lapangan pandang pada sediaan objek plasmodium sp. dengan menggunakan pembesaran 10x lensa objektif.
    4. Dicari fokus objek plasmodium sp dengan menggunakan lensa 100x dan menggunakan minyak emersi.
    5. Dicatat dan didokumentasi objek yang didapatkan. Dibuat laporan sementara.
    6. Dilakukan langkah 3-5 pada sediaan lainnya.
    7. Setelah penggunaan mikroskop selesai, bersihkan lensa dengan tissue yang diberi alkohol 96% dengan cara ditekan-tekan pada lensa. Hindari menggosok lensa objektif agar lensa tidak tergores.
    8. Letakkan mikroskop kembali pada rak mikroskop.

INTERPRETASI HASIL

  1. HASIL PRAKTIKUM

Hasil

Dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

  1. Preparat 1 (Plasmodium vivax).

Jenis sediaan : Hapusan darah tipis malaria.

Hasil pengamatan : Leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit.

  1. Preparat 2 (Plasmodium falciparum).

Jenis sediaan : Tetes tebal malaria.

Hasil pengamatan : Merozoit, tropozoit, mikrogametosit, skizon.

  1. Preparat 3 (Plasmodium vivax).

Jenis sediaan : Tetes tebal malaria.

Hasil pengamatan : Skizon dan tropozoit.

  1. Preparat 4 (Plasmodium falciparum).

Jenis sediaan : Hapusan darah tipis.

Hasil pengamatan : Gametosit, merozoit, dan tropozoit.

PEMBAHASAN

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada praktikum yang dilakukan, mahasiswa diberikan 4 jenis sediaan yang berbeda, dimana 2 sediaan adalah sediaan tetes tebal dan hapusan darah tipis Plasmodium vivax dan 2 sediaan lainnya adalah sediaan tetes tebal dan hapusan darah tipis Plasmodium falciparum. Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Nama peyakit malaria yang disebabkan disesuaikan dengan nama spesies plasmodium pada manusia yang menginfeksinya yaitu, 1)  Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika; 2) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.

Morfologi stadium malaria pada stadium awal yaitu, trofozoit muda (bentuk cincin): Sitoplasma sebagai lingkaran cincin berwarna biru, inti sebagai matanya berwarna merah atau merah keunguan.

  • Trofozoit tua:

Plasmodium falciparum: Trofozoit tua jarang dijumpai dalam darah tepi (perifer), kecuali pada infeksi berat dan biasanya diikuti oleh adanya bentuk cincin yang sangat banyak jumlahnya.

– Plasmodium vivax: Trofozoit  tua P.vivax  sangat berbeda-beda dan tidak teratur bentuknya (amuboid).

  • Skizon

Skizon tua dari 2 jenis parasit hampir menyerupai bentuk yang terlihat pada sediaan tipis. Tiap-tiap inti mempunyai sitoplasma berwarna biru muda dan masing-masing disebut merozoit

  • Gametosit

Selalu dijumpai pigmen yang banyak dan letaknya tersebar pada sitoplasma. Makrogametosit (♀) pigmen mengumpul, mikrogametosit (♂)  pigmen menyebar. Gametosit  falciparum mudah menentukan karena bentuknya khas seperti pisang dengan ujung tumpul maupun runcing.

Pada praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada preparat 1 sediaan darah tipis didapatkan hasil Preparat 1 (Plasmodium vivax). Sediaan hapusan darah tipis malaria. Mendapatkan hasil gambaran leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit. Tropozoit yang di dapatkan berukuran besar, bentuk sangat irregular, vakuola nyata, kromatin titik – titik atau benang – benang, pigmen halus, warna kuning coklat, penyebaran partikel halus, penyebaran tersebar. Preparat 2 (Plasmodium falciparum). Jenis sediaan tetes tebal malaria. Hasil pengamatannya adalah ditemukan merozoit, tropozoit, mikrogametosit, dan skizon. Tropozoit sedang berkembang: jarang terlihat dalam darah perifer, mempunyai ukuran kecil, berbentuk padat, vakuola tidak dikenal, kromatin titik atau batang – batang, berpigmen bentuk kasar. Skizon Imature (muda): jarang terlihat dalam darah perifer, ukuran hampir mengisi eritrosit, pigmen berkumpul ditengah, kromatin ini banyak berupa massa ireguler. Mikrogametosit: waktu timbul 7-12 hari, jumlah dalam darah banyak, ukuran lebih besar daripada eritrosit, bentuk seperti pisang, sitoplasma biru kemerahan, kromatin granula halus tersebar, pigmen granula gelap tersebar. Skizon mature (tua/merozoit) : 1. Jarang terlihat dalam darah perifier, ukuran hampir mengisi eritrosit, bentuk berpigmen, pigmen berkumpul ditengah.

Preparat 3 (Plasmodium vivax) tetes tebal malaria. Hasil pengamatan : Skizon dan tropozoit.  Preparat 4 (Plasmodium falciparum). Hapusan darah tipis. Didapatkan hasil gametosit, merozoit, dan tropozoit. Gametosit yang didapatkan pada sediaan nomor 4 adalah jenis mikrogametosit. Mikrogametosit membentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pigmen disekitar plasma sekitar inti.

Perbedaan penampakan parasit pada sediaan darah tebal dan tipis adalah pada sediaan tetes tebal, lebih mudah menemukan parasit karena sel darah merah (eritrositnya) telah dilarutkan dengan aquadest sehingga hanya meninggalkan parasitnya saja. Dan pada sediaan hapusan darah tipis digunakan untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi.

KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilaksanakan, dapat ditarik suatu simpulan bahwa pada preparat 1 didapatkan hasil adanya leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit. Preparat 2 dengan hasil merozoit, tropozoit, mikrogametosit, skizon. Preparat 3 didapatkan hasil skizon dan tropozoit dan preparat 4 didapatkan hasil mikrogametosit, merozoit, dan tropozoit. Infeksi parasit Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa dan parasit Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana benigna. 

Daftar Pustaka

PENGAMATAN PROTOZOA Balantidium coli PADA FAECES SAPI


Praktikum ke-4                                                                                  Selasa, 18 April 2017

PENGAMATAN PROTOZOA Balantidium coli PADA FAECES SAPI

  1. TUJUAN
  2. Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum pengamatan protozoa Balantidium coli pada sampel faeces sapi.
  3. Praktikan mampu mencari lapang pandang objek Balantidium coli dengan mikroskop.
  4. Praktikan mengetahui morfologi dari Balantidium coli.
  5. PRINSIP

Fiksasi objek glass, teteskan masing-masing lugol dan eosin secara terpisah pada bagian atas objek glass. Ambil sedikit bagian faeces babi dan homogenkan pada masing-masing lugol dan eosin. Tutup dengan cover glass dan diamati menggunakan mikroskop pada pembesaran 4x, 10x dan 40x.

  • DASAR TEORI

Pemeriksaan Faeces lengkap digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi parasit yang terjadi di dalam tubuh manusia (Muslim, H.R. 2009).

Menurut KBBI, tinja adalah kotoran atau hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan ke luar tubuh melalui dubur, mengandung zat-zat makanan yang tidak dapat dicernakan dan zat-zat yang tidak berasal dari makanan, misalnya jaringan yang aus, mikroba yang mati; feses; kotoran

Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. B. coli merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum Ciliophora, klas Kinetofragminophorea, ordo Trichostomatida, famili Balantidiae. Memiliki dua stadium, yaitu trofozoit dan kista. Merupakan protozoa besar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi hospes adalah babi dan manusia (Shintawati, Rita.2001).

Kebanyakan ciliata hidup bebas. Relatif sedikit yang parasit, dan hanya satu spesies, Balantidium coli yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia. Beberapa ciliata lainnya menyebabkan penyakit pada ikan, yang lainnya adalah parasit atau commensals pada berbagai invertebrata. Sebagian besar yang lain hidup di saluran pencernaan mamalia, di mana mereka menjalankan aktivitas untuk menstabilkan populasi besar bakteri simbiotik yang memecah selulosa dalam makanan hewan. Ciliata yang hidup bebas dapat memakan bakteri, ganggang, atau bahkan ciliata lainnya; Didinium adalah pemburu yang rakus dan konsumen ciliata lainnya. Beberapa ciliata bersimbiosis dengan bakteri atau ganggang. Ciliata yang hidup bebas dapat ditemukan hampir di mana saja di air, namun bentuk yang berbeda mendominasi dalam habitat yang berbeda. Ciliata dalam tanah cenderung berbentuk kecil yang dapat membentuk kista resisten untuk bertahan hidup lama ketika kondisi kering. Tintinnids berlimpah di plankton laut, di mana mereka dan ciliates lain mungkin mengkonsumsi sampai 90% dari produksi bakteri plankton dan ganggang. Ciliates besar umum di lingkungan air tawar, khususnya air yang telah diperkaya zat organik, misalnya oleh limbah (Linn dan Small, 1991).

Ciliata bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan: mikronukleus mengalami mitosis, sedangkan pada sebagian besar ciliates, macronucleus hanya terpisah menjadi dua. Namun, ciliata juga bereproduksi secara seksual, melalui proses yang dikenal sebagai konjugasi. Konjugasi sering disebabkan oleh kekurangan makanan. Dua ciliata dengan tipe kawin yang berlawanan datang mendekat, bersama-sama dan membentuk sebuah jembatan sitoplasmik antara dua sel, membagi micromuclei oleh meiosis, macronuclei hancur, dan konjugasi selsel haploid micronuclei akan tertukar melalui koneksi sitoplasma. Mereka kemudian memisahkan macronuclei, baru reformasi dari micronuclei, dan membagi. Esensi reproduksi seksual adalah membentuk organisme baru dari gabungan bahan genetik dari orang tua. Setelah konjugasi, masing-masing pasangan Ciliata telah mengakuisisi materi genetik baru, dan membagi menimbulkan progeni dengan kombinasi gen baru. Hal ini penting untuk kelangsungan hidup garis keturunan Ciliata; ciliata paling tidak dapat mereproduksi selamanya dengan pembelahan aseksual, dan akhirnya mati jika tidak terjadi konjugasi (Linn dan Small, 1991).

Kehadiran silia yang menutupi sel dari organisme merupakan ciri khas utama dari kelompok ini, oleh karena itu dinamai phylum Ciliophora. Namun, perbedaan sitologi utama adalah kehadiran dua jenis inti, yaitu mikronukleus dan makronukleus. Radiasi adaptif kelompok ini selama evolusi telah menghasilkan beberapa spesies sangat bagus dan beragam. Beberapa adalah sessile (misalnya Suctorians atau Stentor) dan menangkap makanan dengan tentakel yang menembus sitoplasma dan menarik mangsa, atau dengan kompleks membranelles mendorong air yang membawa partikel aliran air ke dalam rongga vakuola makanan bucal yang terbentuk. Meskipun sebagian besar ciliates “telanjang”, beberapa menghasilkan mineralisasi Lorica (Tintinnids) atau mensekresi skala organik (misalnya Lepidotrachelophyllum). Penyusunan silia pada permukaan tubuh dan di wilayah aparatus oral, kehadiran struktur makanan yang khusus, dan organisasi dari pita subpellicular dari mikrotubulus adalah kriteria penting yang digunakan dalam menciptakan kategori taksonomi (Roger, 1988).

Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan Balantidiasis atau ciliate dysentri. Organisme ini dijumpai pada daerah tropis dan juga daerah sub-tropis. Pada dasarnya protozoa ini berparasit pada babi, sedangkan strain yang ada, beradaptasi terhadap hospes definitif lainnya termasuk orang. Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di dalam usus besar manusia, babi dan kera. B.coli  dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit dan kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak dapat membelah diri sebagaimana layaknya  E.histolitica.

Protozoa B. coli hidup dalam caecum dan colon manusia, babi, kelinci, tikus dan hewan mamalia lainnya. Parasit ini tidak langsung dapat menular dari hospes satu ke lainnya, tetapi perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan diri supaya dapat bersimbiosis dengan dengan flora yang ada dalam hospes tersebut. Bilamana sudah beradaptasi pada suatu hospes, protozoa akan berubah menjadi patogen terutama pada manusia. Pada mamalia lain kecuali jenis primata, organisme tersebut tidak menimbulkan lesi apapun, tetapi akan menjadi patogen bilamana mukosa terjadi kerusakan oleh penyebab lain (infeksi sekunder). Trophozoit akan memperbanyak diri dengan pembelahan. Konjugasi hanya terjadi pada pemupukan buatan, secara alamiah jarang terjadi konjugasi.

Fase cyste terjadi pada waktu inaktif dari parasit dan tidak terjadi reproduksi secara sexual ataupun asexual. Precyste terjadi setelah keluar melalui feses yang merupakan faktor yang penting dari epidemiologi penyakit. Infeksi terjadi bila cyste termakan oleh hospes yang biasanya terjadi karena kontaminasi makanan dan minuman. Balantidium coli biasanya mati pada pH 5,0; infeksi terjadi bila orang mengalami kondisi yang buruk seperti malnutrisi dengan perut dalam kondisi mengandung asam lemah. (Muslim, H.R.2009).

  1. ALAT & BAHAN

 

  1. Alat:
  • Objek glass
  • Cover glass
  • Mikroskop
  • Burner
  • Pemantik (korek gas)
  • Laminar Air Flow (LAF)
  • Batang pengaduk (lidi, pipet atau tusuk gigi)
  • Alat tulis
  1. Bahan:
  • Faeces sapi
  • Lugol 1%
  • Eosin 2%

  1. PROSEDUR KERJA
  2. Nyalakan lampu dalam LAF, hidupkan blower.
  3. Buka pintu laminar air flow (LAF) setengah bagian.
  4. Masukkan alat dan bahan yang diperlukan ke dalam LAF.
  5. Hidupkan burner, fiksasi objek glass dengan melewatkan 3-4 kali di atas burner.
  6. Teteskan lugol dan eosin pada satu objek glass secara terpisah pada bagian atas objek glass.
  7. Ambil satu bagian sampel faeces sapi dengan pipet steril dan campurkan dengan lugol.
  8. Ambil satu bagian sampel faeces sapi dengan pipet steril dan campurkan dengan eosin.
  9. Tutup masing-masing dengan cover glass. Matikan burner.
  10. Keluarkan semua alat dan bahan yang dipergunakan dari LAF.
  11. Tutup LAF, hidupkan blower.
  12. Matikan lampu LAF dan blower.
  13. Amati di bawah lensa mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 4x, 10x, dan 40 x.
  14. Interpretasikan hasil pada lembar laporan.

  1. INTERPRETASI HASIL

Balantidium coli:

– Fase Trofozoit: Protozoa jenis ciliata dengan ciri ada silia, vakuola kontraktil, vakuola makanan, sitosom, makronukleus dan mikronukleus.

– Fase Kista : Protozoa jenis ciliata dengan ciri ada silia, vakuola kontraktil, vakuola makanan, sitosom, makronukleus dan mikronukleus dengan tambahan dinding kista (menbran kista).

(-) :      tidak ditemukan parasit jenis Ciliata yaitu Balantidium coli.

(+) :     ditemukan parasit jenis Ciliata yaitu Balantidium coli.

  • HASIL PRAKTIKUM
  1. Hasil

Pada pengamatan yang dilakukan ditemukan protozoa jenis ciliata pada sampel faeces sapi baik setelah dilakukan pengamatan pada pembesaran lensa objektif pada 4x, 10x, dan 40x.

  1. Gambar

            Gambar 7.1. Berikut adalah gambaran protozoa jenis ciliata yaitu Balantidium coli pada pembesaran lensa objektif 40x pada sediaan eosin ddan lugol.

  1. PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, ditemukan parasit Balantidium coli pada pembesaran lensa objektif 4x, 10x dan 40x pada sampel faeces sapi. gambaran parasit yang didapatkan adalah Balantidium coli berbentuk kista. Hal ini disebabkan karena berubahnya tempat atau situasi lingkungan Balantidium coli yang menyebabkan perubahan bentuk dari trofozoit ke bentuk kista yang disebut enkistasi. Untuk mengetahui gambaran Balantidium coli dalam bentuk trofozoit tdak didapatkan dari sampel yang diamati. Oleh karena itu, untuk mengenali Balantidium coli  lebih lanjut, praktikan mencari gambaran parasit ini dari berbagai sumber buku maupun internet.

Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya golongan ciliate manusia yang pathogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri. Penyakit zoonosis penyebab utamanya adalah babi sebagai hospes reservoarnya, hidup didalam usus manusia, babi dank era. B. coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium yaitu stadium trofozoit dan stadium kista. Lingkaran hidup B.coli  dan E.histolytica sama, hanya saja bentuk kista dari Bcoli tidak dapat membelah diri sebagaimana E.histolytica.(Muslim, H.M. 2009: 11).

Morfologi dan siklus hidup Balantidium coli dalam bentuk trofozoit berbentuk melonjong, dengan ukuran 60-70 x 40-50 µm. TUbuh tertutup silia pendek, kecuali daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia).  Bagian anterior terdapat cekungan yang dinamakan peristom dan terdapat celah mulut (sitosom), tidak memiliki usus, tetapi di bagian posterior memiliki anus (cyh;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari mikronukleus dan makronukleus. Ada vakuola makanan dan vakuola kontraktil.

Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µm, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat makronukleus dan mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Trofozoit hidup dalma mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal. Bergerak ritmis dengan perantara silia. Trofozoit tidak dapat hidup lama diluar badan, etetapi kista dapat hidup lama  selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah kista infektif. Apabila tertelan pada hospes baru, dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam dinding usus dan memperbanyak diri Muslim, H.M. 2009: 11-12).

Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri. Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di dalam usus besar manusia, babi dan kera. B.coli  dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit dan kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak dapat membelah diri sebagaimana layaknya  E.histolitica.

Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek, kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv)

Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.

Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan  hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.

Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis (1). Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air (2).  Setelah tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar (3)Tropozoit dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara pembelahan binary fission(4).  Tropozoit menjadi kista infektif (5).  Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali ke lumen dan memisahkan diri.  Kista matang keluar bersama tinja(1).

Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru.

Pada umumnya balantidiasis tidak menampakkan gejala klinis, dan infeksi pada manusia terjadi karena makan kista infektif yang tertelan bersama air atau makanan yang telah tercemar tinja babi atau penderita lainnya. Pada usus besar (utamanya) menimbulkan ulserasi, sehingga menimbulkan perdarahan dan pembentukan lendir di tinja penderita. Penderita tidak mengalami demam pada kasus balantidiosis usus besar.

Mukosa dan submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak diri. Invasi berhasil dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan secara mekanik. Parasit memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses kecil yang kemudian pecah menjadi ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan pinggiran merah yang menggaung. Dengan kelainan mulai dari hiperemi cataral yang sederhana sampai pada ulkus yang jelas. Masing-masing tukak mungkin terpisah dengan mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau ulkus-ulkus itu menjadi satu dengan sinus-sinus yang saling berhubungan.

Pada semua kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat gangren. Sediaan histologik menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel bulat, abses, ulkus nekrotik, dan terdapat invasi parasit, reaksi utama ialah sel inti satu yang menyolok kecuali bila ada infeksi bakteri yang sekunder. Pada waktu eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat ulkus-ulkus kecil dan tidak jelas. Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat daerah-daerah kecil yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan yang terkelupas. Pada infeksi sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang encer sebanyak 6 – 15 x sehari dengan lendir, darah dan nanah. Pada keadaan kronis mungkin terdapat diare yang timbul-hilang diselingi oleh konstipasi, nyeri pada colon, anemi dan cachexia.

Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan prognosis tergantung pada hebatnya infeksi dan reaksi terhadap terapi. Prognosis baik pada infeksi tanpa gejala dan pada infeksi kronis. Balantidiasis tidak berhasil menyerbu hati. Jumlah infeksi yang kecil dan kegagalan untuk menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan kekebalan bawaan yang tinggi pada manusia.

Secara klinik, diagnosis balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan demam usus. Diagnosis tergantung pada berhasilnya menemukan trofozoit dalam tinja encer dan lebih jarang tergantung pada penemuan kista dalam tinja padat, dan tinja harus diperiksa beberapa kali, karena pengeluaran parasit dari badan manusia berbeda-beda. Pada penderita dengan infeksi di daerah sigmoid-rectum, pemakaian sigmoidiskop berguna untuk mendapatkan bahan pemeriksaan. Diagnosis laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk menemukan bentuk kista atau tropozoit Balantidium coli.

Obat-obatan yang sering digunakan adalah dari golongan diiodohidroksikinolin (diiodokin), sediaan arsen (karbarson)dan oksitetrasiklin. Pencegahan dilakukan dengan menghindari pencemaran makanan dan minuman dari tinja penderita atau babi.

Pada manusia frekuensi Balantidium coli rendah, sedangkan frekuensi pada babi tinggi berkisar anatar 63 – 91%. Babi mengandung Balantidium coli dan Balantidium suis. Spesies Balantidium coli dapat menular kepada manusia sedangkan Balantidium suis tidak dapat ditularkan kepada manusia. Bukti epidemiologik yang menyokong pendapat bahwa babi bukan sumber utama daripada infeksi manusia, dan ini bertentangan dengan pendapat dahulu. Frekuensi infeksi rendah pada manusia yang bekerja di daerah-daerah yang ada hubungan erat antara mereka dengan babi dan manusia refrakter terhadap infeksi dengan “strain” babi. Bila terjadi suatu wabah maka manusia yang menjadi sumber infeksi utama, di mana penularan terjadi dari tangan ke mulut dan dari makanan yang terkena kontaminasi.

  1. KESIMPULAN
  2. Balantidium coli termasuk ke dalam protozoa kelas Ciliata.
  3. Hasil pengamatan dengan mikroskop, ditemukan protozoa jenis Ciliata yaitu Balantidium coli dalam bentuk kista.
  4. Balantidium coli memiliki 2 stadium yaitu stadium trofozoit dan stadium kista. Perubahan bentukdari trofozoit menjadi kista disebut enkistasi dan perubahan bentuk dari kista menjadi trofozoit disebut ekskistasi.
  5. Bagian-bagian penting dari Balantidium coli adalah Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek, kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv).
  6. Diagnosis laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk menemukan bentuk kista atau tropozoit Balantidium coli.
  7. Upaya preventif untuk mencegah penyakit ini adalah menghindari konsumsi daging babi, memasak daging babi sampai benar-benar matang dan menjaga personal hygiene dengan mencuci tangan dengan sabun.

 


LAMPIRAN

  1. Pustaka

Please appreciate my website with coment or copy-paste my link in your lab work report. thanks! ^^

PENGAMATAN TRICHOMONAS VAGINALIS PADA URINE WANITA LANJUT USIA


Praktikum ke-3                                                                                  Selasa, 11 April 2017

PENGAMATAN TRICHOMONAS VAGINALIS PADA URINE WANITA LANJUT USIA

 

  1. TUJUAN
  2. Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum pengamatan protozoa Trichomonas vaginalis pada sampel urine wanita lanjut usia.
  3. Praktikan mampu mencari lapang pandang objek Trichomonas vaginalis dengan mikroskop.
  4. Praktikan mengetahui morfologi dari Trichomonas vaginalis.

  1. PRINSIP

Lakukan sentrifugasi urine, lalu buang secara cepat bagian supernatant. Teteskan satu bagian dari endapan urine di permukaan objek glass bersih dan steril, tutup dengan cover glass dan diamati menggunakan mikroskop pada pembesaran 4x, 10x dan 40x.

  • DASAR TEORI

Protozoa berasal dari  kata protos yang berarti pertama dan zoo berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual (generative) maupun aseksual (vegetative). Protozoa adalah eukariota, organisme ditandai dengan memiliki materi herediter yang tertutup dalam inti yang dibatasi oleh membran. Kebanyakan protozoa berukuran mikroskopis, mulai dari ukuran dengan panjang sekitar 0,001-0,01 mm, tetapi beberapa, termasuk amuba tertentu, cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang. Protozoa hidup bebas makanannya terutama pada organisme mikroskopis seperti bakteri, ragi, alga, dan protozoa lainnya. Beberapa spesies Protozoa mengandung klorofil dan mampu membuat makanan mereka sendiri dengan fotosintesis. Banyak protozoa memakan benda mati, dan dengan demikian berguna dalam membuang limbah organik. (Sridianti,2016)

Alat gerak protozoa dapat berupa pseudopodia dan flagel misalnya sporozoa. Protozoa memiliki tempat khusus yang disebut sitosom dan tempat khusus ekskresi yang disebut cytopyg. Beberapa protozoa memiliki vakuola ekskresi yang berfungsi untuk mengumpulkan zat-zat cair dari sel yang dibuang keluar sel (Dr.Hasdianah H.R, 2012 :202-203).

Trikomoniasis terjadi hampir di seluruh belahan dunia terutama dinegara berkembang, salah satunya di Indonesia. Pengetahuan masyarakat tentang trikomoniasis masih kurang karena tingkat pendidikan yang rendah dan juga kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan diri. Frekuensi meningkat terutama didaerah daerah yang hygiene sanitasinya kurang dan aktifitas seksual yang tinggi.(Widmann K,1995)

Trikomoniasis adalah infeksi saluran genetalia yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis ditemukan pertama kali pada tahun 1836 oleh Donne dan sejak lama parasit ini dianggap sebagai mikroorganisme komensal pada wanita . Tetapi pada tahun 1916 oleh Hohne mendiskripsikan bahwa parasit ini sebagai suatu kesatuan klinis penyebab trikomoniasis. (Cook GC,1996)

Trichomonas vaginalis adalah protozoa pathogen yang habitatnya didaerah tractus urogenital. Trichomonas vaginalis dapat terjadi pada wanita maupun pria . Pada wanita penularan penyakit ini dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung . penularan secara langsung terutama melalui hubungan seksual dan penularan secara tidak langsung dapat terjadi pada penggunaan fasilitas umum yang kurang terjaga kebersihannya seperti toilet,  kolam renang, pakaian dan air sungai yang telah terkontaminasi. Sedangkan pada pria biasanya hanya terjadi penularan secara langsung yaitu melalui hubungan seksual. Gejala dari infeksi ini sangatlah luas pada wanita, umumnya infeksi ini menyerang daerah vagina yang biasanya ditandai dengan keputihan abnormal hingga terjadi radang pada vagina atau vaginitis, sedangkan pada pria biasanya menginfeksi pada urethra. Gejala klinis trikomoniasis biasanya menimbulkan gatal gatal atau rasa panas pada vagina, keputihan yang berbau tidak normal, (busuk) dan rasa sakit sewaktu berhubungan seksual. (Beaver PC,1984)

Diagnosis trikomoniasis masih merupakan suatu masalah, sebab gambaran klinis trikomoniasis tersebut tidak dapat dipercaya sebagai petunjuk diagnosis, karena kurang sensitive dan spesifik. Diagnosis efektif trikomoniasis tergantung pada identifikasi organismenya. Selama ini pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan untuk mendiagnosis trikomoniasis adalah dengan sediaan secret vagina maupun secret urethra. Pemeriksaan secret vagina dinilai cukup sensitive dalam mendiagnosis, akan tetapi bukannya tanpa kendala . kendala pemeriksaan sekret vagina terkait dengan tradisi, jenis kelamin dan agama. Oleh karena itu diperlukan alternative pemeriksaan yang lain yang juga dapat menunjang diagnosis trikomoniasis yaitu dengan menggunakan sedimen urin. (Chin J,2000).

Pemeriksaan urine rutin merupakan pemeriksaan penyaring (skrining) dan dianggap sebagai dasar untuk pemeriksaan lebih lanjut. Selain itu, dikenal juga dengan pemeriksaan urine lengkap dengan daftar pemeriksaan meliputi: Urobilinogen, Glukosa, Bilirubin, Benda keton, Berat jenis, Darah samar, pH, Protein, Nitrit, dan Leukosit. (Patologi Klinik FK. Kedokteran UKRIDA. 2006)

  1. ALAT & BAHAN

 Alat:

  • Tabung centrifus
  • Tabung reaksi
  • Pipet tetes
  • Objek glass
  • Cover glass
  • Rak tabung
  • Mikroskop
  • Alat tulis
  1. Bahan:
  • Urine pagi wanita tua (lansia)
  1. PROSEDUR KERJA 
  2. Tuang sampel urine ke dalam tabung sentrifus, isi sampai 2/3 bagian tabung.
  3. Sentrifus sampel tadi selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
  4. Buang dengan cepat bagian supernatant (bagian atas cairan sampel) ke dalam wastafel dan sisakan endapannya, homogenkan.
  5. Siapkan objek glass, teteskan sampel pada permukaan objek glass. Tutup dengan cover glass.
  6. Amati di bawah lensa mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 4x, 10x, dan 40 x.
  7. Interpretasikan hasil pada lembar laporan.

  1. HASIL PRAKTIKUM

Hasil

Pada pengamatan yang dilakukan tidak ditemukan protozoa jenis flagelata pada sampel urine baik setelah dilakukan pengamatan pada pembesaran lensa objektif pada 4x, 10x, dan 40x. hanya terdapat gambaran bakteri di dalam urine.

  1. Gambar

          Gambar 7.1 Berikut adalah gambaran protozoa jenis flagelata yaitu Trichomonas vaginalis setelah dilakukan pengecatan giemsa. Sampel BAL (Mei-Gr ̈nwald-pewarnaan Giemsa).

trikomonas dan keterangannya
gambar 7.1.1. Trichomonas vaginalis
trikomoniasis
gambar 7.1.2. Trichomonas vaginalis

Keterangan gambar :

  1. Sebuah sel trichomonad (Tr) dengan inti oval mudah dikenali di sekitar sel makrofag (Ma).
  2. Sebuah sel trichomonad terlihat dalam kontak dengan polymorphonuclear neutrofil (Pn).
  3. Sebuah trichomonad amoeboid dengan inti bulat terlihat antara dua limfosit (Ly); eritrosit (Er) memberikan skala (diameter, 7µm).
  4. Sebuah trichomonad amoeboid memamerkan dua inti terlihat di sekitar sel bronkial bersilia (Cc) dan agregat pneumonia organisme (Pc). Pembesaran, ϫ 1.000.
  • PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, tidak ditemukan parasit Trichomonas vaginalis pada pembesaran lensa objektif 4x, 10x dan 40x pada sampel urine wanita tua (lansia). Dari hal tersebut dikarenakan sampel urine ini diambil pada pagi hari, sementara waktu praktikum dilakukan pada sore harinya. Hal ini menyebabkan berbagai

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di traktus genitaourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan melalui hubungan seksual, yang dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria.

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa dari super-class mastigophora (Diesing 1866), class zoomastigophora (calkins,1909), ordo trichomonadinae (dengan genus trichomonas dan pentratrichomonas) dan tritrichomonadinae.

Trichomonas vaginalis pertama kali dideskripsikan oleh Alfred Donne pada tanggal 1836 pada saat academi of sciences di paris. Pada saat itu dikatakan bahwa ia menemukan suatu organisme yang disebutnya sebagai antmalcules dari secret segar vagina. Dan disepakati pada saat itu juga organisme ini dinamakan trichomonas vaginale, oleh karena mirip dengan organisme dari genus monas dan trichodina (Afillah. 2011).

Menurut Donne 1836 klasifikasi ilmiah Trichomonas vaginalis adalah :

Domain: Eukarya

Filum   : Metamonada

Kelas   : Parabasalia

Order  : Trichomonadida

Genus : Trichomonas

Spesies: T. vaginalis

Nama binomial : Trichomonas vaginalis.

            Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium Tropozoit dan ciri-cirinya adalah : Bentuknya oval atau piriformis, memiliki 4 buah flagel anterior, flagel ke 5 menjadi axonema dari membran bergelombang (membran undulant) , pada ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan 7 iritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah pasang.(Fitrihanda. 2010).

Trichomonas vaginalis hanya memiliki bentuk tropozoit,berukuran antara 15 – 20 x 10 µ, tidak berwarna dan bentuknya cuboid. Sitoplasmanya  bergranula, terletak di sekitar custa dan axostyle (kapak). Membran bergelombang, berakhir  pada pertengahan tubuh flagella bebas. Sitostoma tidak nyata dan hanya mempunyai nukleus.

 Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya, dibelakang inti terdapat blepharoblas sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung, di ujungnya sebagai alat geraknya yang “maju-mundur”. Flagella kelima melekat ke undulating membrane dan menjuntai kebelakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma terdiri dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut sebagai axostyle. Vakuola, partikel, bakteri, virus, ataupun leukosit dan eritrosit (tetapi jarang) dapat ditemukan di dalam sitoplasma Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan fagositosis. Makanannya adalah kuman-kuman darisel-sel vagina dan leukosit.

Perkembangbiakannya dengan cara berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum. Jadi tidak heran bila dalam beberapa hari saja protozoa ini dapat berkembang mencapai jutaan. Tidak seperti protozoa lainnya, trichomonas tidak memiliki bentuk kista. Sel-sel trichomonas vaginalis memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis.

Untuk dapat hidup dan berkembang biak, trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan temperatur sekitar 35-37˚C, hidup pada Ph diatas 5,5- 7,5. Sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau di keringkan. Meskipun penularan trichomonas vaginalis secara non-venereal sangat jarang, ternyata organisme dapat hidup beberapa jam dilingkungan yang sesuai dengan lingkungannya. Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antara sel-sel epitel dan leukosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang. Parasit ini mati pada suhu 500C, tetapi dapat hidup selama5 hari pada suhu 00C. Dalam biakan, parasit ini mati pada pH <4,9,  (pH vagina 3,8 – 4,4) dan tahan  terhadap desinfektans dan antibiotik. (Afillah. 2011).

Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih segar, dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas pergerakannya. Selain dari sekret vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah mati, apalagi pada urine bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita untuk membedakannya.

Pada wanita, Trichominiasis menyebabkan vaginitis (radang vagina) dengan fluor albus yang berwarna putih seperti cream dan berbuih. Bagian vulva dan cervic bisa mengalami peradangan. Sedangkan pada pria jarang menunjukkan tanda yang jelas, tetapi dapat pula terjadi uretritis dan prostatitis. Pria biasanya mendapatkan infeksi ini dari hubungan seksual dengan wanita yang terinfeksi trichomonas vaginalis.

Trichomonas vaginalis berkembang biak secara belah pasang longitudinal, diluar habitatnya parasit mati pada suhu 50 0 C, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 0 OC. Dalam perkembangbiakannya parasit ini mati pada PH kurang dari 4,9 inilah sebabnya parasit ini tidak dapat hidup disekret vagina yang asam (PH : 3,8-4,4), parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektan zat pulasan dan antibiotik. Meskipun organisme ini dapat ditemukan dalam urine sekret uretra/setelah masase prostat, PH yang disukai pada pria belum diketahui.

  • KESIMPULAN
  1. Protozoa merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual (generative) maupun aseksual (vegetative).
  2. Paramecium sp dan prorodon trmasuk kedalam klasifikasi kelas ciliata, filum protozoa.
  3. Bagian-bagian penting dari protozoa (khususnya paramecium dan prorodon) adalah vakuola ventrikel, vakuola makanan, alat gerak (silia), mikronukleus dan makronukleus.
  4. Hasil pengamatan dengan mikroskop, didapatkan protozoa jenis Ciliata yaitu Paramecium dan Prorodon.
  5. Habitat Ciliata banyak ditemukan pada aair persawahan, air sungai, air kolam, air selokan yang banyak mengandung sisa-sisa sampah baik tumbuhan maupun hewan yang membusuk.

Daftar Pustaka

 

 

Dosen

Pembimbing

Nilai
   

 

 

LAPORAN KUNJUNGAN JUMANTIK KE RUMAH WARGA WILAYAH BANJAR TONJA “PENYULUHAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) “



Diajukan untuk memenuhi tugas salah satu Mata Kuliah Promosi Kesehatan dan Epidemiologi yang

diampu oleh :

Sri Idayani, SKM.

logo stikes wika

Disusun Oleh:

Luh Putu Arishanti.W.                  16.131.0684

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

WIRA MEDIKA PPNI BALI

2017


KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkatNya saya bisa menyelesaikan laporan kunjungan JUMANTIK ke rumah warga wilayah Banjar Tonja tentang ‘Penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan dan Epidemiologi.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu prioritas nasional pengendalian penyakit menular di Indonesia. Upaya pengendalian DBD masih perlu ditingkatkan, mengingat daerah penyebarannya saat ini terus bertambah luas dan Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi.Yang mana di masyarakat ini menjadi isu dan trend yang sangat sering kita jumpai.

            Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes sp. Salah satu upaya yang sangat efektif dalam pengendalian penyakit DBD adalah dengan memutus siklus perkembang biakan nyamuk Aedes sp dengan cara pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan oleh seluruh masyarakat. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan pada setiap rumah, tempat-tempat umum serta institusi oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka Jumantik harus dibentuk mulai dari setiap rumah dengan menunjuk salah satu anggota keluarga sebagai jumantik (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik).

Penulis menyadari bawa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan pembuatan makalah yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga makalah  ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

 

Denpasar, 20 Maret 2017

                                                                                                Penulis





BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Pada zaman sekarang yang serba maju ini, kemajuan teknologi tidak bisa dipungkiri lagi. Tetapi terkadang hal itu tidak bisa diimbangi oleh kebiasaan hidup manusia akan menjaga kebersihan lingkungan. Banyak penyakit yang muncul akibat dari kelalaian terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau disebut juga Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih dari seribu meter dari permukaan air laut.

Hampir setiap tahunnya di Indonesia ada saja orang yang terjangkit penyakit DBD. Hal ini membuktikan bahwa sebagian masyarakat masih kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan serta lambatnya pemerintah dalam mengantisipasi dan merespon terhadap merebaknya kasus DBD ini. Masyarakat seringkali salah dalam mendiagnosis penyakit DBD ini dengan penyakit lain seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bersifat asistomatik atau tidak jelas gejalanya. Pasien DBD biasanya atau seringkali menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual maupun diare.

Dengan berbagai permasalahan tersebut masyarakat seharusnya sudah mengetahui tentang pentingnya menjaga lingkungan dari tempat – tempat bersarangnya nyamuk dan perlu memberantas sarang nyamuk agar dapat terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk.  Berdasarkan  uraian di atas,  maka penulis melakukan kegiatan kunjungan ke rumah warga untuk mengadakan penyuluhan tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan wawasan dan promosi kesehatan untuk masyarakat mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

1.2.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui morfologi nyamuk penyebar demam berdarah dengue.
  2. Untuk mengetahui bagaimana cara pemantauan jentik dan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
  3. Untuk mengetahui cara pencegahan demam berdarah dengue.
  4. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar mengetahui cara memberantas sarang nyamuk (PSN) di lingkup terkecil (keluarga) dan merambat ke lingkup besar (masyarakat).

1.3 Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini antara lain :

  1. Pembaca mengetahui morfologi nyamuk penyebar demam berdarah dengue.
  2. Pembaca mengetahui bagaimana cara pemantauan jentik dan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
  3. Pembaca mengetahui cara pencegahan demam berdarah dengue.
  4. Pembaca diharapkan dapat mengedukasi keluarga maupun masyarakat sekitar untuk memberantas sarang nyamuk.


Bab II

Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue

 

2.1 Siklus Hidup Nyamuk Penular DBD

Aedes aegypti disebut serangga holometabolous atau serangga yang siklus hidupnya melalui metamorfosis lengkap mulai dari telur, larva, pupa, dan tahap dewasa. Rentang hidup nyamuk dewasa dapat berkisar dari dua minggu sampai satu bulan tergantung pada kondisi lingkungan.Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dapat diselesaikan dalam waktu satu setengah minggu sampai tiga minggu.
            a..Telur
            Setelah mengisap darah, nyamuk Aedes aegypti betina menghasilkan rata-rata 100 sampai 200 telur per fase. Selama hidupnya, nyamuk betina bisa memiliki hingga lima fase bertelur. Jumlah telur tergantung pada banyaknya darah yang diisap. Telur diletakkan pada permukaan yang basah atau air tergenang, misalnya lubang pohon dan kontainer buatan manusia seperti tong, ember, vas bunga, pot tanaman, tangki, botol bekas, kaleng, ban, pendingin air , dan lain sebagainya. Induk nyamuk Aedes aegypti bertelur secara terpisah, tidak seperti kebanyakan spesies nyamuk lainnya. Yang dimaksud terpisah di sini, tidak semua telur diletakkan sekaligus, tetapi dapat tersebar di lebih dari satu tempat dan prosesnya bisa berjam-jam atau berhari-hari. Telur Aedes aegypti, ukurannya sangat kecil sekitar satu milimeter, berbentuk lonjong memanjang. Ketika pertama kali diletakkan, telur tampak putih, tapi dalam beberapa menit berubah jadi hitam mengilap. Di iklim hangat, telur dapat berkembang dalam waktu dua hari, sedangkan di daerah beriklim dingin, dapat memakan waktu hingga seminggu.

Yang harus dperhatikan adalah: Telur yang sudah diletakkan, bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama, bahkan bisa sampai setahun. Begitu terkena air, telur akan segera menetas. Hal ini membuat kontrol nyamuk virus dengue sangat sulit.
            b.Larva

Setelah menetas dari telur, larva memakan partikel organik di dalam air, seperti alga dan organisme mikroskopis lainnya. Sebagian tahap larva dihabiskan di permukaan air, meskipun mereka akan berenang ke bagian bawah wadah jika terganggu atau ketika makan. Perkembangan larva tergantung suhu. Larva melewati empat fase hidup yang disebut instar. Tiga fase pertama berlangsung singkat, fase ke-empat memakan waktu sampai tiga hari. Panjang larva instar keempat adalah sekitar delapan milimeter. Larva jantan berkembang lebih cepat daripada betina, sehingga lebih cepat berubah menjadi menjadi kepompong.

Ini juga wajib menjadi perhatikan:

Jika suhu dingin, larva Aedes aegypti dapat bertahan selama berbulan-bulan selama pasokan air memadai. Pastikan tidak ada pasokan air untuk perkembangan larva di sekitar Anda.

c.Pupa
            Setelah instar keempat, larva memasuki tahap pupa. Pupa dapat berpindah-pindah tempat dan menanggapi rangsangan. Pupa tidak perlu makan dan memakan waktu sekitar dua hari untuk berkembang menjadi nyamuk.
Nyamuk dewasa muncul dengan cara menelan udara untuk memperluas ukuran perutnya, sehingga kepompong terbuka dan muncullah kepala nyamuk sebelum terbang ke udara.

2.2 Ciri-ciri Aedes aegypti

            Ciri fisik nyamuk yang menularkan penyakit DBD dengan nama aedes aegypty adalah sebagai berikut :

  1. Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang berwarna putih) di sekujur tubuh nyamuk.
    2. Bisa terbang hingga radius 100 meter dari tempat menetas.
    3. Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali.
    4. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi hari dan sore hari.
    5. Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam rumah.
    6. Hidup di lingkungan rumah, bangunan dan gedung.
    7. Nyamuk bisa hidup sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.

    Tempat yang biasa dijadikan tempat bertelur (berkembang biak) adalah di tempat yang tergenang air bersih dalam waktu lama seperti bak mandi, vas bunga, kaleng bekas, pecahan botol, penampungan air, lubang wc, talang air, dan lain sebagainya. Air kotor seperti got, air keruh, air empang, genangan yang berhubungan langsung dengan tanah, dsb bukan tempat yang cocok bagi nyamuk dengue untuk bertelur.

    Nyamuk penyebab DBD bertelur dengan ciri sebagai berikut :
    1. Jumlah telur bisa mencapai 100 buah.
    2. Warna telur hitam dengan ukuran rata-rata 0,8 mm
    3. Menetas setelah 2 hari terendam air bersih
    4. Jika tidak ada air maka telur akan tahan menunggu air selama 6 bulan.

    Setelah telur menetas, lantas menjadi jentik nyamuk dengan ciri-ciri :
    1. Gerakan lincah dan bergerak aktif di dalam air bersih dari bawah ke permukaan untuk mengambil udara nafas lalu kembali lagi ke bawah.
    2. Memiliki ukuran 0,5 s/d 1 cm
    3. Jika istirahat jentik terlihat tegak lurus dengan permukaan air.
    4. Setelah 6-8 hari akan berubah jadi kepompong nyamuk.

    Kepompong nyamuk aides aigypty memiliki ciri seperti di bawah ini :
    1. Bergerak lamban di dalam air bersih. Sering berada di permukaan air.
    2. Memiliki bentuk tubuh seperti koma.
    3. Setelah usia 1-2 hari maka kepompong siap berubah menjadi nyamuk baru dan siap mencelakakan umat manusia yang ada di sekitarnya

2.3 Tempat Perkembangbiakan

             Apabila di sekitar rumah terdapat tempat-tempat yang banyak airnya, atau tempat yang berfungsi sebagai penampungan air, tempat itu sering menjadi sarang telur nyamuk demam berdarah agar nantinya berkembang menjadi nyamuk dewasa. Beberapa tempat dijadikan sarangnya yaitu ban kendaraan yang sudah tidak digunakan (dibiarkan saja tergeletak), pohon dengan lubang pada batangnya, toilet,  pot tanaman, tempat minum hewan peliharaan, vas, kolam renang, tempat sampah, dll. Utamanya nyamuk demam berdarah lebih suka berada (untuk berkembang biak) di tempat yang panas dan lembab.

Infeksi virus nyamuk Aedes aegypti lebih sering terjadi pada korban yang berada di luar ruangan, adapun waktunya adalah pada siang hari. Tetapi, bukan berarti nyamuk demam berdarah tidak menggigit di malam hari.
Yang penting diketahui, nyamuk demam berdarah paling aktif mencari mangsa sekitar dua jam setelah matahari terbit, dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.
Di luar waktu itu juga bisa menggigit, seperti saat malam hari di tempat yang ada penerangannya.




Bab III

Pemantauan Jentik dan Penyuluhan Kesehatan

3.1.  Persiapan

  1. Pengurus RT melakukan pemetaan dan pengumpulan data penduduk, data rumah/ bangunan pemukiman dan tempat-tempat umum lainnya seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana olahraga, perkantoran, masjid/ mushola, gereja, pasar, terminal dan lain-lain.
  2. Pengurus RT mengadakan pertemuan tingkat RT dihadiri oleh warga setempat, tokoh masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), dan kelompok potensial lainnya. Pada pertemuan tersebut disampaikan tentang perlunya setiap rumah melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus secara rutin seminggu sekali dan mensosialisasikan tentang pentingnya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan membentuk Jumantik rumah/lingkungan.
  3. Pengurus RT membentuk koordinator jumantik dan jumantik lingkungan berdasarkan musyawarah warga.
  4. Para koordinator jumantik menyusun rencanankunjungan rumah

3.2 Anggaran Dana dan Kuisioner

            Dalam melaksanakan kegiatan ini, tidak terlepas dari keperluan alat dan bahan untuk menjalankan kegiatan ini. Berikut adalah perincian dana yang diperlukan untuk kegiatan ini, antara lain:

No Jenis Pengeluaran Jumlah Harga Satuan Total
1. Senter + BAterai Cadangan 5 Buah Rp 30.000 Rp 150.000
2. Bubuk Abate 15 Bungkus Rp 1.000 Rp 15.000
3. Foto Kopi Kuisioner Data Warga 15 Lembar Rp 300 Rp 4.500
4. Honorer Per Jumantik 5 Orang Rp 50. 000 Rp 250.000

Jadi, total dana yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan ini adalah Rp 419.500,- dengan perincian dana seperti diatas.

Berikut adalah Data Kuisioner yang diberikan ke warga :

Data Koresponden :

Nama (Diwajibkan Kepala Keluarga) :

Usia :

Pekerjaan :

Alamat :

 
Jenis Pertanyaan yang diajukan:

1.     Apakah bapak/ibu/saudara/I memiliki tempat penampungan air? Jika ada berapa? Jenisnya apa?

 

2.     Bagaimana keadaannya? (diisi petugas)

 

Ada  /  Tidak Ada

Jumlah :

Jenis tempat penampungan :

 

 

Bersih  / Cukup Bersih  / Kotor / Sangat Kotor

 

 

3.3. Pemantauan Rumah

Koordinator Jumantik melakukan kunjungan ke rumah/bangunan berdasarkan data yang tersedia dan mempersiapkan bahan/alat yang diperlukan untuk pemantauan jentik. Hal-hal yang perlu dilakukan saat kunjungan rumah adalah sebagai berikut:

1) Memulai pembicaraan dengan menanyakan sesuatu yang sifatnya menunjukkan perhatian kepada keluarga itu. Misalnya menanyakan keadaan anak atau anggota keluarga lainnya

2) Menceritakan keadaan atau peristiwa yang ada kaitannya dengan penyakit demam berdarah, misalnya adanya anak tetangga yang sakit demam berdarah atau adanya kegiatan di desa/ kelurahan/RW tentang usaha pemberantasan demam berdarah atau berita di surat kabar/ majalah/televisi/radio tentang penyakit demam berdarah dan lain-lain.

3) Membicarakan tentang penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya, serta memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ditanyakan tuan rumah.

4) Gunakan gambar-gambar (leaflet) atau alat peraga untuk lebih memperjelas penyampaian

5) Mengajak pemilik rumah bersama-sama memeriksa tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk. Misalnya bak penampungan air, tatakan pot bunga, vas bunga, tempat penampungan air dispenser, penampungan air buangan di belakang lemari es, wadah air minum burung serta barang-barang bekas seperti ban, botol air dan lain-lainnya.

a). Pemeriksaan dimulai di dalam rumah dan dilanjutkan di luar rumah.

b). Jika  ditemukan jentik nyamuk maka kepada tuan rumah/pengelola bangunan diberi penjelasan tentang tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk dan melaksanakan PSN 3M Plus.

  1. c) Jika tidak ditemukan jentik maka kepada tuan rumah/pengelola bangunan disampaikan pujian dan memberikan saran untuk terus menjaga agar selalu bebas jentik dan tetap melaksanakan PSN 3MPlus.

3.4. Tata Cara Pemantauan

Tatacara dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik di rumah, TTU dan TTI adalah

sebagai berikut:

  1. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya.
  2. Jika tidak terlihat adanya jentik tunggu sampai kira-kira satu menit, jika ada jentik pasti akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
  3. Gunakan senter apabila wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap.
  4. Periksa juga tempat-tempat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk misalnya vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan dispenser dan lain-lain.
  5. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang terbuka/tidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon lainnya.

3.5 Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau pada pertemuan antar warga RT/RW, pertemuan dalam bidang keagamaan atau pegajian dan sebagainya. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok adalah sebagai berikut:

  1. Setiap peserta diusahakan duduk dalam posisi saling bertatap muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.
  2. Mulailah dengan memperkenalkan diri dan perkenalan semua peserta.
  3. Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan DBD, antara lain bahayanya, dapat menyerang semua orang, bagaimana cara pencegahannya.
  4. Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan gambargambar atau alat peraga misalnya lembar balik, leaflet atau media KIE lainnya.
  5. Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk diskusi atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang dibahas.
  6. Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan telah dipahami.


Bab IV

Pencegahan Demam Berdarah Dengue

  • Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M Plus

Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kegiatan yang optimal adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara “3 M” plus selain itu juga dapat dilakukan dengan larvasidasi dan pengasapan (foging).

Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus meliputi:

  1. Menguras tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan sebagainya sekurang-kurangnya seminggu sekali
  2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong air/ tempayan dan

lain-lain.

  1. Mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti

botol plastik, kaleng, banbbekas dll atau membuang pada tempatnya

Selain itu ditambah dengan cara lainnya (PLUS) yaitu:

  1. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali.
  2. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
  3. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain dengan tanah.
  4. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.
  5. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun,pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain sebagainya.
  6. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala timah, ikan tempalo, ikan nila, ikan guvi dan lain-lain
  7. Pasang kawat kasa
  8. Jangan menggantung pakaian di dalam rumah
  9. Tidur menggunakan kelambu
  10. Atur pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
  11. Gunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
  12. Lakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
  13. Menggunakan ovitrap, Larvitrap maupun Mosquito trap.
  14. Menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti: lavender, kantong semar, sereh, zodia, geranium dan lain-lain

  1. LARVASIDASI

Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian larvasida ini dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2 bulan. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah temephos, piriproksifen, metopren dan bacillus thuringensis.

  1. Temephos

Temephos 1 % berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika dimasukkan dalam air, maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan larut secara merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air tersebut. Dosis penggunaan temephos adalah 10 gram untuk 100 liter air. Bila tidak alat untuk menakar, gunakan sendok makan peres (yang diratakan di atasnya). Pemberian temephos ini sebaiknya diulang penggunaannya setiap 2 bulan.

  1. Metopren 1,3%

Metopren 1,3% berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna hitam arang. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Metopren tersebut tidak menimbulkan bau dan merubah warna air dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat/membunuh jentik sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis penggunaan adalah 2,5 gram untuk 100 liter air. Menggunaan Metopren 1,3 % diulangi setiap 3 bulan.

  1. Piriproksifen 0,5%

Piriproksifen ini berbentuk butiran berwarna coklat kekuningan. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia, hewan dan lingkungan serta tidak menimbulkan keracunan. Air yang ditaburi piriproksifen tidak menjadi bau, tidak berubah warna dan tidak korosif terhadap tempat penampungan air yang terbuat dari besi, seng, dan lain-lain. Piriproksifen larut dalam air kemudian akan menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat pertumbuhan jentik sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis penggunaan piriproksifen

adalah 0,25 gram untuk 100 liter air. Apabila tidak ada takaran khusus yang tersedia bisa menggunakan sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram.

  1. Bacillus Thuringiensis

Baccilus thuringensis israelensis (Bti) sebagai pembunuh jentik nyamuk/larvasida yang tidak mengganggu lingkungan. Bti terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis normal. Keunggulan Bti adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus dan spesies lain. Formula Bti cenderung secara cepat mengendap didasar wadah, karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali.

  1. FOGGING (PENGASAPAN)

Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan insektisida (racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik nyamuk tidak mati dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya.

 



BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aedes aegypti disebut serangga holometabolous atau serangga yang siklus hidupnya melalui metamorfosis lengkap mulai dari telur, larva, pupa, dan tahap dewasa. Rentang hidup nyamuk dewasa dapat berkisar dari dua minggu sampai satu bulan tergantung pada kondisi lingkungan.Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dapat diselesaikan dalam waktu satu setengah minggu sampai tiga minggu. Dalam pemberantasannya, kita sebagai tenaga kesehatan khususnya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang bertugas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengetahui cara memberantas sarang nyamuk dengan beberapa cara, yaitu : pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3MPlus, Larvasidasi, dan Fogging (Pengasapan). Selain itu, perlu diketahui keahlian yang diperlukan sebagai jumantik adalah memiliki edukasi atau wawasan yang cukup luas tentang DBD dan cara pencegahannya, memiliki kemampuan linguistik untuk berkomunikasi dengan warga, serta mampu untuk membuat pelaporan yang akan disampaikan untuk Koordinator dan Supervisor Jumantik.

            3.2 Saran

Untuk kedepannya, diperlukan rekruitmen petugas Jumantik lebih banyak untuk menurunkan kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus.

 



DAFTAR PUSTAKA 

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI “Upaya Peningkatan Kesehatan Pencernaan dengan Mengetahui Penatalaksanaan Gastritis “



MAKALAH PROMOSI KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI

Upaya Peningkatan Kesehatan Pencernaan dengan Mengetahui Penatalaksanaan Gastritis

Diajukan untuk memenuhi tugas salah satu Mata Kuliah Promosi Kesehatan dan Epidemiologi yang

diampu oleh :

Sri Idayani, S.K.M

logo stikes wika

Disusun Oleh:

Luh Putu Arishanti. W.

NIM: 16. 131. 0684

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

WIRA MEDIKA PPNI

BALI

2017


 

KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkatNya saya bisa menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul ‘Upaya Peningkatan Kesehatan Pencernaan dengan Mengetahui Penatalaksanaan Gastritis’, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan dan Epidemiologi.

Pemahaman tentang apa itu gastritis serta penatalaksanaan dalam mencegah dan mengobatinya masih bisa dinilai kurang sedangkan penderita gastritis bisa menyerang siapa saja, dan mengenai segala usia.  Hal ini dapat disimpulkan dari masih banyaknya kasus di masyarakat dengan keluhan. Oleh karena itu, penulis sangat ingin mengulas dan menganalisis mengenai gastritis di STIKes Wira Medika PPNI Bali.

            Penulis menyadari bawa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan pembuatan makalah yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga makalah  ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

 

Denpasar, 13 Maret 2017

                                                                                                Penulis,



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lambung merupakan salah satu organ tubuh yang tak asing pada kebanyakan orang, hampir semua orang tahu bahwa lambung dalam tubuh berfungsi untuk menampung makanan secara sementara, yang mana dalam lambung makanan tersebut akan di proses untuk bisa di ubah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil agar kandungan dalam makanan dapat diserap secara baik untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan zat-zat tertentu.

            Lambung setiap harinya bekerja untuk memproses makanan yang kita makan, dan seperti organ tubuh lainnya lambung juga bisa rusak akibat asam lambung yang dihasilkan secara berlebihan, terinfeksi bakteri, virus yang ada dalam makanan, penguanaan obat dalam jangka lama, dll. Dan jika hal tersebut dibiarkan, bisa terjadi kerusakan yang serius atau komplikasi yang dapat mengancam jiwa jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Tapi kebanyakan orang tidak terlalu memperdulikan hal tersebut dan kadang mereka mengganggap hal yang wajar. Padahal lambung yang terasa sakit merupakan suatu tanda bahwa orang tersebut agar segera memperiksakannya, seperti halnya ketika kita belum makan pada waktunya atau terlambat untuk makan maka perut (lambung) disini akan memberi tanda lapar agar orang tersebut segera makan dan tidak membiarkan perut dalam keadaan kosong, karena bisa menyebabkan gastritis.

Gastritis atau orang awam menyebutnya maag adalah salah satu keadaan atau penyakit yang sering dialami atau diderita oleh kebanyakan orang, salah satunya mahasiswa STIKes Wira Medika PPNI Bali. Hampir 60% mahasiswa mengalami kejadian ini. Hal ini disebabkan padatnya jadwal perkuliahan yang membuat mahasiswa banyak yang tidak sempat untuk sarapan maupun makan siang.

Menurut Prof. Dr. Marcellus Simadibrata PhD SpPD yang sekarang menjabat sebagai Presiden Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) mengatakan, “Sakit maag adalah salah satu istilah umum terhadap sindrom dispepsia. Dimana sindrom dispepsia yaitu kumpukan berbagai gejala dari penyakit yang menyerang pada sistem pencernaan yang terdiri dari sakit pada ulu hati dan timbulnya rasa ketidaknyamanan dalam sekitar ulu hati tersebut.

 

1.2Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan promosi kesehatan untuk masyarakat mengenai penatalaksanaan gastritis.

1.2.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui pengertian gastritis.
  2. Untuk mengetahuai bagaimana strategi promosi kesehatan menurut WHO.
  3. Untuk mengetahui pemilihan metode promosi kesehatan
  4. Untuk mengetahui media yang digunakan dalam promosi kesehatan.

1.3 Manfaat

Manfaat pembutan makalah ini antara lain :

  1. Dapat mengetahui pengertian srategi promosi kesehatan
  2. Pembaca mengetahuibagaimana strategi promosi kesehatan menurut WHO.
  3. Untuk mengetahui pemilihan metode promosi kesehatan
  4. Untuk mengetahui media yang digunakan dalam promosi kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

            2.1.1 Definisi Gastritis

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince (2005: 422), gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2000 : 187).

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung (Sudoyo, 2006). Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian mukosa(Inayah, 2004).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.

2.1.2 Klasifikasi

  1. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna (Prince, 2005: 422). Gastritis akut terjadi akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.

Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus (Brunner, 2000).

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi drosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Suyono, 2001: 127).

  1. Gastritis Akut Erosif

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.

Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai (Suyono, 2001).

Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemerisaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung (Suyono, 2001).

  1. Gastritis Akut Hemoragik

Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik; Pertama diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat lainnya (Suyono, 2001).

Erosi stress merupakan lesi hemoragika pungtata majemuk pada lambung proksimal yang timbul dalam keadaan stress fisiologi parah dan tak berkurang. Berbeda dengan ulserasi menahun yang lebih biasa pada traktus gastrointestinalis atas, ia jarang menembus profunda ke dalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam 20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atas dari keparahan yang mengancam nyawa. Keadaan ini dikenal sebagai gastritis hemoragika akuta (Sabiston, 1995: 525).

  1. Gastritis Kronik

Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam,hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal (Chandrasoma, 2005 : 522).

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat beberapa kasus gastritis kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe tersebut dan penyebabnya tidak diketahui (Chandrasoma, 2005 : 522).

Gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan etiologi yang menjadi dasar pikiran pembagian tersebut (Suyono, 2001).

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 128), klasifikasi histologi yang sering digunakan membagi gastritis kronik menjadi :

  1. Gastritis kronik superfisial

Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan gastritis kronik superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.

  1. Gastritis kronik atrofik

Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.

  1. Atrofi lambung

Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang  juga menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan mengapa pembuluh darah menjadi terlihat saat pemeriksaan endoskopi.

  1. Metaplasia intestinal

Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada hampir seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 129), distribusi anatomis pada gastritis kronik dapat dibagi menjadi tifa bagian, yaitu :

  1. Gastritis Kronis Tipe A

Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik,dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan chief cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Dalam keadaan sangat berat, tidak terjadi produksi faktor intrinsik. Anemia pernisiosa seringkali dijumpai pada pasien karena tidak tersedianya faktor intrinsik untuk mempermudah absorpsi vitamin B12 dalam ileum (Prince, 2005: 423).

Jadi, anemia pernisiosa itu disebabkan oleh kegagalan absorpsi vitamin B12karena kekurangan faktor intrinsik akibat gastritis kronis autoimun. Autoimunitas secara langsung menyerang sel parietal pada korpus dan fundus lambung yang menyekresikan faktor intrinsik dan asam (Chandrasoma, 2005 : 522).

Reaksi autoimun bermanifestasi sebagai sebukan limfo-plasmasitik pada mukosa sekitar sel parietal, yang secara progresif berkurang jumlahnya. Netrofil jarang dijumpai dan tidak didapati Helicobacter pylori. Mukosa fundus dan korpus menipis dan kelenjar-kelenjar dikelilingi oleh sel mukus yang mendominasi. Mukosa sering memperlihatkan metaplasia intestinal yang ditandai dengan adanya sel goblet dan sel paneth. Pada stadium akhir, mukosa menjadi atrofi  dan sel parietal menghilang (gastritis kronis tipe A) (Chandrasoma, 2005 : 522).

  1. Gastritis Kronis Tipe B

Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya mengenai daerah antrum lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A. Gastritis kronis tipe B lebih sering terjadi pada penderita yang berusia tua. Bentuk gastritis ini memiliki sekresi asam yang normal dan tidak berkaitan dengan anemia pernisiosa. Kadar gastrin yang rendah sering terjadi. Penyebab utama gastritis kronis tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter pylori. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks empedu kronis dengan kofaktor Helicobacter pylori (Prince,2005: 423).

Gastritis kronis tipe B secara maksimal melibatkan bagian antrum, yang merupakan tempat predileksi Helicobacter pylori. Kasus-kasus dini memperlihatkan sebukan limfoplasmasitik pada mukosa lambung superfisial. Infeksi aktif Helicobacter pylori hampir selalu berhubungan dengan munculnya nertrofil, baik pada lamina propria ataupun pada kelenjar mukus antrum. Pada saat lesi berkembang, peradangan meluas yang meliputi mukosa dalam dan korpus lambung. Keterlibatan mukosa bagian dalam menyebabkan destruksi kelenjar mukus antrum dan metaplasia intestinal (gastritis atrofik kronis tipe B) (Chandrasoma, 2005 : 523).

Pada 60-70% pasien, didapatkan Helicobacter pylori pada pemeriksaan histologis atau kultur biopsi. Pada banyak pasien yang tidak didapati organisme ini, pemeriksaan serologisnya memperlihatkan antibodi terhadap Helicobacter pylori, yang menunjukkan sudah ada infeksi Helicobacter pylori sebelumnya (Suyono, 2001).

Helicobacter pylori adalah organisme yang kecil dan melengkung, seperti vibrio, yang muncul pada lapisan mukus permukaan yang menutupi permukaan epitel dan lumen kelenjar. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang menyerang sel permukaan, menyebabkan deskuamari sel yang dipercepat dan menimbulkan respon sel radang kronis pada mukosa lambung. Helicobacter pyloriditemukan lebih dari 90% dari hasil biopsi yang menunjukkan gastritis kronis. Organisme ini dapat dilihat pada irisan rutin, tetapi lebih jelas dengan pewarnaan perak Steiner atau Giemsa. Keberadaan Helicobacter pylori berkaitan erat dengan peradangan aktif dengan netrofil. Organisme dapat tidak ditemukan pada pasien gastritis akut inaktif, terutama bila terjadi metaplasia intestinal (Chandrasoma, 2005 : 524).

  1. Gastritis kronis tipe AB

Gastritis kronis tipe AB merupakan gastritis kronik yang distribusi anatominya menyebar keseluruh gaster. Penyebaran ke arah korpus tersebut cendrung meningkat dengan bertambahnya usia (Suyono, 2001: 130).

2.1.3 Gejala Klinis

Manifestasi Klinik Gastritis terbagi menjadi gastritis akut dan gastritis kronik (Mansjoer,2001) :

  1. Gastritis akut

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan ynag muncul. Ditemukan pula pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul tanda-tanda anemia pasca perdarahan.

  1. Gastritik Kronik

Bagi sebagian orang gastritik kronik tidak menyebabkan gejala apapun (Jackson,2006). Hanya sebagian keci yang mengeluhkan gejala nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik didak dijumpai kelainan. Gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang tumpul atau ringan (dull pain) pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera makan.

Secara umum penyakit radang lambung mempunyai beberapa gejala yaitu :

  • Mual dan sering muntah
  • Perut terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) pada bagian atas perut (ulu hati).
  • Nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin.
  • Sering sendawa terutama bila dalam keadaan lapar
  • Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut)
  • Kepala terasa pusing. Dan pada radang lambung dapat terjadi pendarahan
  • Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan. Sedangkan yang kronis biasanya tanpa gejala kalaupun ada hanya sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera makan

2.1.4 Obat-Obatan

Obat-obatan yang biasanya diberikan dokter bertujuan untuk mengembalikan kesimbangan asam dalam lambung baik berupa obat-obat yang menetralkan asam lambung seperti antasida atau yang mengurangi produksi dari asam lambung yang ada seperti cimetidine atau ranitidine.

Obat-obat untuk maag umumnya dimakan 2 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Adapun tujuan obat tersebut diminum 2 jam sebelum makan adalah untuk menetralisir asam lambung karena pada saat tersebut penumpukan asam di dalam lambung telah cukup banyak dan pada orang yang menderita maag didalam lambungnya telah terjadi luka-luka kecil di dinding lambung yang apabila terkena asam dalam jumlah cukup banyak akan menimbulkan keluhan perih, sedangkan obat yang diminum 2 jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi dinding lambung dari asam yang akan terus diproduksi. Selama 2 jam sesudah makan asam yang ada dilambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga ternetralisir dan tidak melukai dinding lambung namun setelah 2 jam lambung kembali akan memproduksi asam padahal makanan yang telah dicerna didalam lambung mulai kosong dan masuk ke usus.

Adapun kategori obat pada gastritis :

  • Antasida : menetralisir asam lambung dan menghilangkan nyeri
  • Acid blocker : membantu mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi, misal Ranitidin
  • Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung, misal Omeprazole
  • Cytoprotective agent : melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus, misal Sukralfat
  • Antibiotik : menghancurkan bakteri, misal Amoksisilin, Metronidazol

2.1.5 Cara Pencegahan

Cara terbaik untuk mengatasi maag (gastritis) adalah dengan melakukan pencegahan penyakit maag itu sendiri. Pencegahan dilakukan dengan memerhati­kan pola makan dan zat-zat makanan yang dikonsumsi. Gastritis ini merupakan penyakit pencernaan sehingga pengaturan terhadap zat makanan yang masuk merupa­kan faktor utama untuk menghindari gastritis. Seperti ti­dak menggunakan obat-obat yang mengiritasi lambung, makan teratur atau tidak terlalu cepat, mengurangi makan makanan yang terlalu pedas dan berminyak, hindari merokok dan banyak minum kopi/alkohol, kurangi stres. Stres merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit ini. Oleh karena itu, penting istirahat yang cukup dan re­laksasi pikiran untuk memulihkan keadaan yang stres fisik maupun stres mental.

Mengurangi makan makanan yang merangsang pe­ngeluaran asam lambung, seperti makanan berbumbu pe­das, cuka, dan lada yang berlebihan. Beberapa jenis makanan yang telah diketahui mernberikan rangsangan yang kurang enak terhadap perut juga harus dihindari. Namun, yang patut diketahui, keadaan ini sangat berbeda pada setiap orang. Setiap orang harus mengetahui makanan apa yang dapat menimbulkan rasa tidak enak ini. Tinggallah di lingkungan yang tidak padat penduduknya dan juga bersih karena hal itu akan memper kecil kemungkinan terkena infeksi bakteri. Hal ini akan memperkecil kemungkinan infeksi bakteri penyebab gastritis kronik.

  • Strategi Promosi

Strategi Promosi Kesehatan Global (WHO, 1984):

  1. Advokasi (Advocacy)

Adalah kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik bidang kesehatan maupun di luar bidang kesehatan.

Advokasi kesehatan adalah :

  1. Upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui komunikasi persuasif dalam rangka memasyarakatkan  PHBS yang ditujukan pada penentu kebijakan.
  2. Upaya untuk mempengaruhi individu melalui berbagai komunikasi persuasif dalam rangka memasyarakatkan PHBS.
  3. Berbagai bentuk komunikasi persuasif yang ditujukan pada penentu kebijakan untuk memperoleh dukungan kebijakan dalam meningkatkan PHBS

Upaya yang digunakan adalah

  1. Dukungan Sosial (Social Support)

  Adalah kegiatan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang mempunyai pengaruh di masyarakat.

  Dukungan sosial ialah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha/swasta  media massa, organisasi profesi, pemerintah.

  Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana  di berbagai tingkat administrasi ( dari pusat hingga desa)

  1. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Gerakan/pemberdayaan masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berlaku hidup bersih dan sehat. Pemberdayaan masyarakat ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai sasaran utama promkes

  • Metode Promosi

Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan penyakit gastritis adalah penyuluhan langsung, pemasangan poster, penyebaran leaflet, serta memberikan contoh konkrit berupa foto-foto dan handout untuk pengetahuan tentang gastritis.

  • Media Promosi

Media promosi yang digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan penyakit gastritis adalah menggunakan ceramah langsung dan memberikan handout atau leaflet tentang penyuluhan gastritis.



BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.  Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,  aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Manifestasi klinis gastritis antara lain Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena.

Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis adalah penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan atau menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika diperlukan. Tetapi gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya, cuci tangan sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai penyakit gastritis. saya selaku penulis pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk kebaikan makalah  ini.


DAFTAR PUSTAKA


 

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

salad_buah.jpg
Salad buah. Uji kandungan karbohidrat pada bahan pangan salah satunya Buah-buahan.


PRAKTIKUM KE-1

DOSEN PENGAMPU            : Drs.DIDIK SETIAWAN.,S.Si.,M.Si

KELOMPOK                          : B

JUDUL PRAKTIKUM           : MENGUJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA BAHAN PANGAN

WAKTU                                 : SELASA, 21 MARET 2017 / 07.30-10.20 WITA

LOKASI                                  : LAB. KIMIA STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI



I. TUJUAN

  1. Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam pengujian karbohidrat pada bahan pagan yang diuji.
  2. Praktikan dapan melakukan uji keberadaan karbohidrat secara kualitatif pada bahan pangan yang diuji.
  3. Praktikan dapat mengetahui jenis karbohidrat yang ada di dalam bahan pangan yang diuji.

II. DASAR TEORI

Karbohidrat merupakan biomolekul yang paling melimpah di bumi dengan rumus umum Cm(H2O)n, dengan m ≥ 3. Beberapa karbohidrat mengandung nitrogen, fosfor, atau sulfur. Karbohidrat dikelompokkan menjadi 3 kelas utama, antara lain: monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

Monosakarida, atau gula sederhana terdiri dari aldehida polihidroksi tunggal atau unit keton. Monosakarida yang paling melimpah dialam adalah senyawa enam karbon gula D-glukosa, disebut sebagai dekstrosa. Monosakarida lebih dari 4 karbon cenderung memiliki struktur siklik. Disakarida terdiri dari 2 unit monosakarida yangdigabungkan dengan ikatan glikosidik. Polisakarida adalah polimer gula yang mengandung banyak unit monosakarida. Karbohidrat yang banyak dikenal diantaranya: gula, pati, dan selulosa. Kesemuanya merupakan komponen penting untuk melangsungkan kehidupan sel, baik itu sel hewan maupun tumbuhan.

Setiap tahun tumbuhan mengkonversi lebih dari 100 milyar ton CO2 dan H2O menjadi selulosa dan produk tumbuhan lainnya..Karbohidrat tertentu (gula dan pati) menjadi bahan makanan pokok di hampir seluruh penjuru dunia dan karbohidrat teroksidasi adalah pembentuk energi utama pada lintasan metabolisme kebanyakan sel nonfotosintetik.

III. ALAT DAN BAHAN

  1. Alat:

Alat yang digunakan, antara lain: tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, penjepit tabung, gelas kimia dan pembakar spritus

  1. Bahan:

Bahan yang digunakan, antara lain: larutan ekstrak buah melon dan alpukat. Reagen Molisch (5% α-naftol didalam etanol), reagen benedict, reagen barfoed, reagen seliwanoff, H2SO4 pekat, iodin,  dan aquadest.

IV. PROSEDUR KERJA

 1) Uji Molisch (Hasil: terbentuknya cincin ungu diantara dua larutan dalam tabung reaksi.Kesimpulan: karbohidrat Confirmed)

(1) Masukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi.

(2) Tambahkan 2 tetes reagen Molisch, homogenkan.

(3) Miringkan tabung reaksi, tambahkan H2SO4 pekat dengan hati-hati melalui dinding tabung sampai terbentuk dua lapis larutan.

2) Uji Iodin. (Hasil: tidak terdapat perubahan warna, kesimpulan:Monosakarida atau disakarida.. Catatan:warna menjadi biru = pati, coklat = glikogen, merah = dekstrin).

(1) Masukkan 1 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi.

(2) Tambahkan 2 tetes larutan iodin.

(3) Amati perubahan warna yang terjadi.

3) Uji Benedict’s. (Hasil: reaksi positif, jika warna hijau, kuning, jingga, atau merah. Kesimpulan: kemungkinan glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa atau laktosa. Catatan: hasil negatif = sukrosa.

(1) Masukkan 5 mL reagen Benedict ke dalam tabung reaksi.

(2) Tambahkan 8 tetes larutan yang diperiksa.

(3) Panaskan dengan api langsung atau dalam air mendidih selama 2 menit, kemudian dinginkan.

4) Uji Barfoed. (Hasil: terbentuk warna merah di dasar tabung. Kesimpulan: terdapat monosakarida. Glukosa, fruktosa, mannose atau galaktosa. Hasil negatif = disakarida).

(1) Tambahkan 2 mL reagen Barfoed ke dalam 2 mL larutan yang diperiksa.

(2) Panaskan selama 3 menit di dalam air mendidih.

(3) Dinginkan di bawah air yang mengalir.

(4) Amati endapan merah yang terbentuk di dasar tabung.

5) Uji Seliwanoff. (Hasil: terbentuk warna merah ceri. Hasil: fruktosa Confirmed. Catatan: hasil negative = glukosa, mannose, atau galaktosa).

(1) Masukkan 3 mL reagen Seliwnoff ke dalam 1 mL larutaan yang akan diuji.

(2) Didihkan selama 30 detik, kemudian dinginkan.

(3) Amati perubahan warna yang terjadi.

  1. INTERPRETASI HASIL PRAKTIKUM
Larutan Uji
No Reagen Fruktosa Glukosa Galaktosa Sakarose Amylum Laktosa Sampel I (melon) Sampel II (alpukat)
1 Molisch Cincin ungu (+) Cincin ungu(+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu(+) Cincin ungu(+) Cincin ungu (+)
2 Iodin (-) (-) (-) (-) Biru (+) (-) (-) (-)
3 Benedict Merah (+) Merah (+) Merah (+) (-) Merah (+) Merah (+) Merah (+) Merah (+)
4 Barfoed (+) (+) (+) (-) (-) (+) (+) (-)
5 Selliwanof (+) (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-)
WP_20170320_11_15_38_Pro
Uji pada beberapa jenis karbohidrat (Monosakarida, Disakarida dan Polisakarida) sebagai pembanding

 

V. PEMBAHASAN

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi kita. Kentang, roti, pasta dan beras kaya akan karbohidrat. Karbohidrat didefinisikan sebagai suatu aldehida atau keton polihidroksi. Karbohidrat dapat disederhanakan menjadi tiga kelas, yaitu:

  1. Monosakarida adalah satu unit “gula”. Monosakarida tidak dapat dipecah menjadi unit gula sederhana. Monosakarida biasanya putih, padatan larut dalam air. Yang paling umum adalah monosakarida terdiri dari enam atom karbon. Glukosa dan fruktosa adalah monosakarida yang umum ditemukan pada jus buah, madu dll. Monosakarida dapat lebih lanjut diklasifikasikan sebagai:
  1. Aldoses – ini mengandung aldehid (-CHO) kelompok fungsional.
  2. Ketoses – ini mengandung keton (C = O) kelompok fungsional.

Monosakarida juga diklasifikasikan berdasarkan jumlah atom karbon. Sebuah enam karbon monosakarida dikenal sebagai heksosa suatu, sebuah monosakarida lima karbon adalah dikenal sebagai pentosa dan sebagainya. Sebuah monosakarida yang mengandung enam atom karbon dan kelompok fungsional aldehida dikenal sebagai suatu aldohexose. Glukosa adalah suatu aldohexose, fruktosa adalah suatu ketohexose (Nurhalim. 2009).

Monosakarida diklasifikasikan berdasarkan reaktivitas kimia mereka. Gula yang bereaksi dengan agen oksidasi ringan seperti ion Cu2+ dikenal sebagai gula pereduksi. Semua aldoses dan ketoses merupakan gula pereduksi.

Disakarida mengandung dua unit monosakarida bergabung bersama-sama oleh ikatan glikosida. Maltosa ditemukan dalam biji-bijian berkecambah dan terdiri dari unit glukosa dihubungkan bersama-sama. Laktosa ditemukan dalam susu dan terdiri dari glukosa dan galaktosa unit terkait bersama-sama. Sukrosa ditemukan dalam tebu dan terdiri dari glukosa dan fruktosa.

Monosakarida +  Monosakarida→ disakarida + H2O

  1. Polisakarida mengandung banyak unit monosakarida terkait bersama-sama. Pati ditemukan dalam biji-bijian, glikogen ditemukan dalam otot dan selulosa ditemukan dalam tanaman, kapas dan kertas. Semua terbuat dari molekul glukosa terhubung dalam susunan yang berbeda (Nurhalim. 2009).

Dari praktikum yang dilaksanakan, dilakukan pengujian kualitatif karbhidrta pada bahan pangan yaitu uji :

  1. Uji Molisch

Adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa yang dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat. Senyawa furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol yang dikandung pereaksi Molisch dengan memberikan warna ungu pada larutan.

  1. Uji Iodin

Bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida. Polisakarida yang ada dalam sampel akan membentuk komplek adsorpsi berwarna spesifik dengan penambahan iodium. Polisakarida jenis amilum akan memberikan warna biru. Desktrin akan memberikan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan pati mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat.

  1. Uji Benedict

Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict (Zulfikar, A. 2010).

  1. Uji Barfoed

Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat.

  1. Uji Seliwanoff

Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan.

VI. KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa pada sampel uji I (melon) mengandung Fruktosa positif (+) dan pada sampel ui II (alpukat) mengandung Glukosa (+).


DAFTAR PUSTAKA

staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sulistyani-msi/5a-karbohidrat.pdf

habibana.staff.ub.ac.id/files/2014/06/KARBOHIDRAT.pdf

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46684/4/Chapter%20II.pdf



MAKALAH PROMOSI KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI

Upaya Peningkatan Status Gizi Seimbang untuk Masyarakat

Diajukan untuk memenuhi tugas salah satu Mata Kuliah Promosi Kesehatan dan Epidemiologi yang

diampu oleh :

Ni Luh Putu Devhy, SKM.,M.Kes

logo stikes wika

Disusun Oleh:

Luh Putu Arishanti .W. 16.131.0684

 

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

WIRA MEDIKA PPNI BALI

2017


KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkatNya penulis bisa menyelesaikan makalah isu strategis yang berjudul ‘Upaya Peningkatan Status Gizi Seimbang untuk Masyarakat, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan dan Epidemiologi.

Pemahaman tentang apa status gizi seimbang serta penatalaksanaan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat masih bisa dinilai kurang. Tidak di pungkiri bahwa masalah gizi dan pangan memang selalu terkait antar satu dengan lainnya .Sehingga Isu dan trend masalah gizi dan pangan ini sangat berpengaruh besar. Terkait dengan itu isu-isu yang beredar mengenai   trend terkini masalah gizi terdapat 2 masalah, yaitu masalah gizi buruk dan masalah kelebihan gizi atau obesitas.Yang mana di masyarakat ini menjadi isu dan trend yang sangat sering kita jumpai. Oleh karena itu kami selaku penulis sangat ingin mengkaji isu-isu ini dan membahasnya dalam makalah ini.

Penulis menyadari bawa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan pembuatan makalah yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga makalah  ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Denpasar, 14 Maret 2017

                                                                                                Penulis


 


 BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Perkembangan zaman sekarang semakin maju , banyak masalah dan isu-isu trend terbaru yang memasuki negara kita Indonesia. Tidak di pungkiri bahwa masalah gizi dan pangan memang selalu terkait antar satu dengan lainnya .Sehingga Isu dan trend masalah gizi dan pangan ini sangat berpengaruh besar. Objek sasaran tentu saja masyarakat kita. Masyarakat adalah makhluk sosial yang terus melakukan adaptasi, perubahan terhadap lingkungan bahkan terhadap gizi dan pangan. Mereka perlu melakukan perubahan yang berarti tetapi banyak sekali masyarakat Indonesia terutama yang di daerah perbatasan atau pedalaman yang tidak mengetahui masalah isu dan trend ini,seharusnya ini menjadi sangat penting bagi mereka masyarakat Indonesia untuk mengetahui Isu dan Trend Terkini terkait masalah gizi dan pangan yang nantinya mereka dapat membuat perubahan untuk diri mereka sendiri.

Terkait dengan itu isu-isu yang beredar mengenai  trend terkini masalah gizi terdapat 2 masalah, yaitu masalah gizi buruk dan masalah kelebihan gizi atau obesitas.Yang mana di masyarakat ini menjadi isu dan trend yang sangat sering kita jumpai. Gizi  buruk keadaan dimana seseorang  kekurangan gizi yang di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Biasanya gizi buruk banyak di alami oleh balita, dapat dinyatakan bila berat badan dan umur tisak sesuai selama 3 bulan berturut-turut dan menyebabkan kerusakan padahal saat itu merupakan waktu untuk mendapatkan nutrisi terbaik karena otak yang di bentuk akan di gunakan seumur hidup dan bersifat irreversible. Akibat dari semua itu akan menghasilkan perkerjaan kasar yang tidak berpenghasilan tinggi. Kita dapat menentukan gizi buruk dengan menimbang berat badan balita dengan umur anak terhadap umur standar WHO-NCHS karena jika menggunakan KMS kita tidak apat menentukan balita gizi buruk. Secara keseluruhan masalah ini akan berdampak besar seperti menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, meningkatkan resiko penyakit infeksi karena daya tahan menurun, dan lain-lain.

Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi.Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat PTM. (Depkes, 2008).

Gizi berlebih atau obesitas keadaan dimana seseorang kelebihan lemak tubuh yang di akumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan kesehatan yang dapat menurunkan harapan untuk hidup.Obesitas dapat di sebabkan oleh anak yang lahir berat badan rendah .Anak itu akan mengalami perubahan berat tubuh mencolok terlihat jelas dari ukuran badan yang semakin membesar dan perut yang bertambah gemuk. dari umur 2 tahun ini kebiasaan sang ibu memberikan asupan gizi yang berlebihan ketika baru lahir sehingga berdampak obesitas hingga ia dewasa.Obesitas ini memiliki 2 tipe obesitas diakibatkan kelebihan makan kurang aktivitas dan obesitas disebabkan oleh penyakit dan limb obesity.Kegiatan seseorang yang suka mengemil sambil tiduran,nonton tv dan makan berlebih setelah itu kurang untuk beraktivitas menyebabkan banyak energi yang di serap tetapi hanya sedikit yang di keluarkn sehingga lemak dalam tubuh itu akan tersimpan dalam cadangan lemak sehingga timbulah kegemukan di perut biasa di alami pria dan ,di sekitar panggul di alami wanita. Selain itu obesitas dapat menyebabkan kematian dan resiko gangguan fisik dan mental.

Isu masalah pangan di Indonesia makin meluas dan sistem pangan nasional Indonesia harus terus di kembangkan  mengikuti perkembangan zaman dan aneka tuntuntannya.Masalah pangan di Indonesia tidak hanya mengenai pasokan produk pangan dalam jumlah dan gizi yang cukup tetapi juga aman.Dalam hal ini, keamanan pangan merupakan prasyarat bagi pangan bermutu dan bergizi  baik. Tidak ada artinya berbicara citarasa dan nilai gizi, atau pun mutu dan sifat fungsional yang bagus, tetapi produk tersebut tidak aman dikonsumsi.

Jadi terkaitan isu dan trend terkini mengenai masalah gizi dan pangan saling berhubungan  selain ada masalah pangan dan kekurangan gizi ,di sisi lain juga terjadi masalah gizi lebih atau obesitas.keadaaan seperti ini menjadi dilema dalam upaya pembanguna gizi.dan tugas kita sebagai ahli gizi memeriksa keamanan pangan yang sesuai dengan mutu dan gizi yang seimbang Dan di perlukan strategi program yang terarah berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian sehingga antara 2 itu berjakan dengan selaras dan menimbulkan kebaikan bagi kita semua.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apakah yang dimaksud dengan gizi ?
  2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi gizi?
  3. Bagaimanakah cara meningkatkan status gizi seimbang di masyarakat?

 

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan wawasan dan promosi kesehatan untuk masyarakat mengenai penatalaksanaan dan peningkatan status gizi seimbang.

1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui pengertian peningkatan status gizi seimbang.
  2. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan status gizi seimbang di masyarakat.
  3. Untuk mengetahui metode dan media yang digunakan dalam promosi kesehatan peningkatan status gizi seimbang.
  4. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar mengetahui cara mengimplementasikan peningkatan status gizi di lingkup terkecil (keluarga) dan merambat ke lingkup besar (masyarakat).

 

1.4 Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini antara lain :

  1. Pembaca mengetahui pengertian peningkatan status gizi seimbang.
  2. Pembaca mengetahui bagaimana cara meningkatkan status gizi seimbang di masyarakat.
  3. Pembaca mengetahui metode dan media yang digunakan dalam promosi kesehatan peningkatan status gizi seimbang.
  4. Pembaca diharapkan dapat meningkatkan status gizi seimbang pada dirinya, keluarga dan masyarakat.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

            2.1.1 Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2002).

 Jadi, status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi.  Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2006 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).

Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui.Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi. (Santoso dan Lies, 2004).

Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelembahan tertentu. Bebarapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan bebarapa makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. (Santoso dan Lies, 2004)

RAKERKESNAS 2014 menghasilkan lima isu strategis kesehatan tahun 2015 sampai 2019. Salah satu isinya adalah meningkatkan status gizi, dari orang yang kurang gizi sampai kelebihan gizi (obesitas). Menteri Kesehatan Republik Indonesia dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menjelaskan bahwa ada lima isu strategis kesehatan yang lahir dalam Rakerkesnas 2014 tahun ini. Isu pertama, bagaimana meningkatkan status kesehatan rakyat Indonesia pada setiap tahap kehidupan, mulai dari bayi hingga lansia.

 
“Status gizi dimana itu tentu harus kita cegah, dari yang kurang gizi maupun kelebihan gizi. Gimana caranya rakyat punya status gizi optimal, inilah pentingnya Rakerkesnas 2014 ini,” katanya  dalam acara yang bertema Konferensi Pers Rakerkesnasi 2014: Pemantapan Pembangunan Kesehatan Menuju Masyarakat Sehat, Mandiri, dan Berkeadilan, di Hotel Bidakara, R. Birawa Lt.1,Jakarta Selatan, Selasa, (1/4/2014)
.

Pedoman Gizi Seimbang KEMENKES RI : 2004, juga berharap adanya isu strategis bisa mempercepat peningkatan pembangunan kesehatan di seluruh Indonesia di masa depan

  1. Pengertian Gizi

Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Catatan : Berbagai definisi atau pengertian mengenai Gizi Seimbang (Balanced Diet) telah dinyatakan oleh berbagai institusi atau kelompok ahli, tetapi pada intinya definisi Gizi Seimbang mengandung komponen-komponen yang lebih kurang sama, yaitu: cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas, mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada anak-anak), untuk menjaga kesehatan dan untuk melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari (bagi semua kelompok umur dan fisiologis), serta menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan.

Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

  1. Kecukupan Gizi (Gizi Seimbang)

Dalam hal ini asupan gizi seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang ( individu tersebut).

  1. Gizi Kurang

Gizi  kurang merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena tidak cukup makan, dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.

  1. Gizi Lebih

Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan (terutama konsumsi gula).

(Agus Krisno, 2009).

  1. Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan/atau pembuatan makanan dan minuman.

  1. Keanekaragaman pangan

Keanekaragaman pangan adalah anekaragam kelompok pangan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan.

  1. Makanan beragam

Berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam setiap kelompok pangan.

2.1.2 Prinsip Gizi Seimbang

Empat Pilar Gizi Seimbang Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan pedoman tersebut diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat teratasi. Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat Pilar tersebut adalah:

  1. Mengonsumsi makanan beragam.

Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, 6 tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh. Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah dan proporsinya sudah benar? Tidak. Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.

  1. Membiasakan perilaku hidup bersih

Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang : Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.

Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh:

  1. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri;
  2. Menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit;
  3. Selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan
  4. Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.
  5. Melakukan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanyasumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.

  1. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal.

 Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya. Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS.

  • Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
  1. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:

  1. Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).

  1. Pendidikan

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).

  1. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang  menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).

  1. Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).

  1. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :

  1. Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).

  1. Kondisi Fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,  1986).

  1. Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all,  1986).

 

  • Cara meningkatkan Status Gizi Baik

Penanggulan gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status social ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Upaya ini dilakukan untuk memperoleh perbaikan pola komsumsi pangan m,asyarakat yang beranekaragaman dan seimbang dalam mutu gizi.

Upaya-upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang harus dilakukan secara terpadu oleh masyarakat dan pihak pemerintah setempat antara lain :

  1. Upaya pemenuhan dan persediaan pangan nasional terutama peningkatan produksi beraneka ragam pangan
  2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga
  3. Peningkatan upaya pelayanan-pelayanan gizi terpadu dan system rujukan dimulai dari tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu), hingga puskesmas dan rumah sakit
  4. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui system kewaspadaan pangan dan gizi masyarakat (SKPG)
  5. Peningkatan komunikasi, imformasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat
  6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas
  7. Peningkatan kesling
  8. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.

Berbagai upaya untk mengatasi masalah yang berkaitan dengan  maka tidak lepas dari kebijakan dan strategi dari pihak terkait terutama pemerintah sebagai pemenang wewenang untuk menungkat kesejahteraan masyarakat.

  1. Kebijakan
  2. mengingat besarnya dan sebaran gizi buruk yang ada di semua wilayah indonesia dan dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia, pencegahan dan penganggulangan gizi buruk merupakan program nasional sehingga perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat daerah.
  3. Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan pendekatan komperatif dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan yang di dukung upaya pengobatan dan upaya pemulihan.
  4. Penanggulan masalah gizi buruk dilaksanakan oleh semua kabupaten atau kota secara terus menerus dengan koordinasi lintas instansi / sektor atau dinas organisasi masyarakat.
  5. Penangulangan masalah gizi buruk diselenggarakan secara demoatis transparan melalui kemitraan di tingkat kabupaten atau kota anatara pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.
  6. Penanggulangan masalah gizi buruk dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan pendapatan, serta keterlibatan dalam proses pengembalian keputusan. Masyarakat yang telah berdaya diharapkan berperan sebagai pelaku / pelaksanaan, melakukan advokasi, dan melakukan pemantauan untuk peningatan pelayanan publik.

  1. Strategi
  2. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh kabupaten / kota di indonesia sesuai dengan kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah.
  3. Mengambilkan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalitas posyandu.
  4. Meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen dan melakukan tata laksana gizi buruk untuk mendukung fungsi melakukan tata laksana gizi burk untuk mendukung fungsi posyandu yang di kelola oleh masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas.
  5. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MP ASI, dan makanan tambahan.
  6. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang serta pola hidup bersih dan sehat.
  7. Mengalang kerjasama lintas sektor dan kemiraan dengan swasta ataun dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam angka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang.
  8. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui revit alisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk, yang dievaluasi dengan kajian data SKDN < yaitu semua balita mendapat kartu menuju sehat ditimbang setiap bulan, dan berat badan naik dan penyakit dan dat pendukung lainnya.

 


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 semakin memperburuk keadaan gizi masyarakat. Selama krisis, ada kecenderungan meningkatnya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk terutama pada kelompok umur 6-23 bulan. Paradigma baru menekan pentingnya outcome dari pada input. Persediaan pangan yang cukup (input) dimasayarakat tidak menjamin setiap rumah tangga dan anggota memperoleh makanan yang cukup dan status gizinya baik. Banyak faktor lain yang dapat mengganggu proses terwujudnya outcome sesuai dengan yang diharapkan. Paradigma input sering melupakan faktor lain tersebut, diantaranya air bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar.

            Penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak dan masyarakat. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan yang cukup baik, tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan dengan tingkat yang tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian, mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi. Dalam kenyataan keduanya (makanan dan penyakit) secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi. Begitu pula dengan gizi berlebih, dimana konsumsi makanan yang kaya lemak dan karbohidrat (pati) menyebabkan tubuh memiliki cadangan energi berlebih yang diperparah dengan tidak diimbanginya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta olahraga yang teratur.

 

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah yang membahas salah satu isu kesehatan yang masih ada di Indonesia ini, masyarakat luas dan khususnya mahasiswa dapat menjadi cerminan diri untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta memiliki dan mampu untuk meningkatkan status gizi seimbang yang baik bagi dirinya dan masyarakat luas.




DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

Esai Bahasa Indonesia tentang “Diabetes Melitus “

img-diabetes


Banyak masyarakat merasa takut menjalani kehidupan mereka. Mereka merasa waswas terhadap kesehatan mereka. Karena di lingkungan mereka banyak orang mati secara tiba-tiba tanpa menunjukkan gejala-gejala yang signifikan tersembunyi dan tidak menunjukkan gejala. Salah satunya adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus akibat gangguan metabolik. Penyakit diabetes mellitus ini bisa digolongkan menjadi 3 yaitu, tipe 1, tipe 2 dan GDM.

Diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin di dalam tubuh yang  menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah menjadi tumpul. Akibatnya,  pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar gula darah yang meningkat. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akibatnya, sekresi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah tinggi.

Sedangkan, diabetes mellitus gestasional (GDM) banyak dijumpai pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia atau peningkatan glukosa di dalam darah terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Sesudah melahirkan, normalnya kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal. Adapun diabetes mellitus tipe lain diakibatkan oleh banyak sebab yaitu, defek genetik sel beta pankreas, defek genetik kinerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, infeksi akut maupun kronik, atau karena obat dan zat kimia yang mengganggu sistem auto-immune tubuh yang menurun dan menyebabkan komplikasi.

Hormon insulin sangat erat kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus. Penderita diabetes mellitus memerlukan banyak insulin untuk menurunkan kadar gula darah yang tinggi.  Diabetes yang akut akan dapat menurunkan fungsi pankreas untuk merespon dan menghasilkan insulin untuk tubuh. Hormon Insulin adalah hormon yang bertanggung jawab mengatur kadar glukosa darah sebagai bagian dari metabolisme tubuh. Insulin diproduksi oleh tubuh di dalam pankreas, hormon ini kemudian dikeluarkan oleh sel beta pankreas, terutama sebagai respons terhadap meningkatnya glukosa darah, misalnya setelah kita makan.  Adapun fungsi laindari hormone ini adalah meningkatkan transportasi glukosa didalam darah untuk digunakan sel target, meningkatkan penyimpanan serta sintesi protein dan lemak dan bila ada kelebihan energi glukosa didalam darah tersebut akan di simpan didalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang akan selanjutnya  akan diubah menjadi energi bila dibutuhkan.

Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes mellitus seperti lemas, banyak makan, (polifagia), tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia). Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh.

Penyakit diabetes mellitus dalam dunia medis dapat dideteksi secara dini dengan skrining (screening) yaitu uji deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita penyakit. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan hemoglobin glikosilasi, pemeriksaan glukosa urin, pemeriksaan badan keton dan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO).

Pemeriksaan hemoglobin glikolisasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah. Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda, termasuk hemoglobin A1C  dan hemoglobin A1.  Nilai normal antara pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.

Pemeriksaan glukosa urin pada saat ini hanya terbatas pada pasien yang tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip carik celup atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan peta warna (skala warna) yang tersedia.

Pemeriksaan badan keton di dalam urin adalah salah satu jenis pemeriksaan glikolisasi menggunakan urin dengna mengecek adanya senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin yang merupakan sinyal yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton merupakan produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.

Sedangkan tes toleransi glukosa oral adalah sebuah tes yang menguji kemampuan metabolisme tubuh untuk mencerna glukosaTes ini dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak jelas atau jumlah kadar glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl, atau bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemuk dengan riwayat keluarga diabetes mellitus seperti pada penderita penyakit vaskular, atau neurologik, atau infeksi yang tidak jelas sebabnya.

TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil. Penting untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada waktu hamil yang menunjukkan glukosuria berulangkali, dan juga pada wanita hamil dengan riwayat keluarga diabetes, riwayat meninggalnya janin pada kehamilan, atau riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir kurang dari 4 kg. Skrining diabetes hamil sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan antara 26-32 minggu. Pada mereka dengan risiko tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining lebih awal.

Setelah mengetahui apa saja jenis, gejala khas, komplikasi serta pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan sebagai uji skrining penyakit diabetes, kita juga dapat melakukan upaya pencegahan yang akan sangat berguna bagi diri kita maupun orang lain. ada tujuh langkah pengendalian diabetes melitus, yaitu :

Langkah pertama, ikut berperan aktif dalam proses pengobatan dengan aktif mencari informasi mengenai diabetes melitus, membuat jadwal pemeriksaan rutin serta meminta rujukan ke ahli gizi atau dokter konsuler mengenai pola dan gaya hidup yang bisa diterapkan untuk menhindari diabetes melitus.

Langkah kedua yaitu menerapkan pola makan yang baik yaitu, makan teratur sesuai kebutuhan, membatasi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani dan makanan kaya akan gula serta membatasi konsumsi garam.

Langkah ketiga yaitu, ayo hidup lebih aktif dengan merencanakan untuk bergerak aftif 30 menit atau lebih setiap harinya, atau mengkonsultasikan kepada dokter ahli mengenai pola atau jenis olahraga yang cocok dengan diri kita.

Langkah keempat hingga ketujuh, jika sudah terdiagnosa mengalami diabetes melitus, minumlah obat sesuai dengan anjuran dokter, rutin memeriksakan kadar gula darah secara teratur serta rajin mengecek kondisi mata dan kaki.


~be a good person with keep sharing and appreciate my link, thanks~

Laporan Pengantar Laboratorium Medik “Pembuatan Media Nutrient Agar dan Saboraud Dextrose Agar “

Nutrient Agar
Nutrient Agar Plate

  1. Tujuan :
    1. Praktikan mengetahui dasar teori pembuatan media nutrient agar dan saboraud dextrose agar.
    2. Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan media nutrient agar dan saboraud dextrose agar.
    3. Praktikan mengetahui cara pembuatan media nutrient agar dan saboraud dextrose agar.
  2. Prinsip : Praktikan mengetahui dasar teori, alat dan bahan serta prinsip sterilisasi dengan autoklaf guna menciptakan suasana steril pada media yang akan dibuat.
  • Dasar teori :

Media tumbuh bagi mikroba memiliki keragaman dalam hal tipe nutrisi tergantung mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrien bisa berasal dari alamiah maupun buatan seperti campuran zat-zat kimiawi. Media dituang kedalam wadah-wadah selain sesuai juga disterilkan sebelum digunakan. PH medium perlu disesuaikan dan ditentukan dengan nilai yang optimum bagi pertumbuhan miroba (Putri, 2010).

Medium adalah bahan yang mengandung campuran nutrisi yang bermanfaat untuk menumbuhkan mikroba. Medium ada yang alami dan ada yang merupakan buatan manusia, contoh medium buatan manusia adalah medium cair, medium kental (padat) dan medium setengah padat. Medium cair digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi. Medium padat digunakan untuk menumbuhkan mikrobia pada permukaan. (Dwidjoseputro, 1994).

Jenis Medium sangat bervarisasi bergantung kepada apa yang dijadikan dasar penanaman. Berdasarkan kepada bentuknya dikenal tiga macam medium, yaitu medium cair, medium semi solid dan medium padat. Beda utama ketiga macam medium, yaitu ada tidaknya bahan pemadat. Medium cair tidak menggunakan bahan pemadat. Medium semi solid dan medium padat menggunakan bahan pemadat. Agar-agar paling umum digunakan. jumlah bahan pemadat pada medium semi solid setengahnya dari medium padat jumlah agarnya 1.5%-18% (Amni, 2009).

Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. Komposisi Nutrient Agar (NA) terdiri dari ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram. Formula ini tergolong relatif simpel untuk menyediakan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme. Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan peptone digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Ekstrak daging sapi mengandung senyawa-senyawa yang larut di dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam. Peptone merupakan sumber utama dari nitrogen organik, yang sebagian merupakan asam amino dan peptida rantai panjang. Dalam hal ini agar digunakan sebagai bahan pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri. Di Indonesia sendiri, Nutrient Agar (NA) sudah banyak dipakai oleh industri khususnya industri produk susu dan juga di pengolahan air dan limbah pabrik. Tidak semua bakteri dapat dibiakkan pada media ini karena media ini hanya mengisolasi bakteri antraks dan stafilokokus.

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) adalah media selektif terutama digunakan untuk isolasi dermatophyta, jamur lain dan ragi, tetapi juga dapat tumbuh bakteri berserabut seperti Nocardia. PH asam dari media ini (pH sekitar 5,0) menghambat pertumbuhan bakteri tetapi memungkinkan pertumbuhan ragi dan kebanyakan jamur berfilamen. agen antibakteri juga dapat ditambahkan untuk meningkatkan efek antibakteri. Media ini juga digunakan untuk menentukan evaluasi mikologi makanan, kontaminasi dalam kosmetik dan klinis untuk membantu dalam diagnosis infeksi ragi dan jamur. SDA media terdiri dari enzimatik digest kasein dan jaringan hewan yang menyediakan sumber nutrisi asam amino dan senyawa nitrogen untuk pertumbuhan jamur dan ragi. Dextrose adalah karbohidrat difermentasi tergabung dalam konsentrasi tinggi sebagai sumber karbon dan energi. Agar adalah agen pemadat. Selain antibiotik seperti kloramfenikol dan / atau tetrasiklin bertindak antimikrobial spektrum sebagai luas untuk menghambat pertumbuhan berbagai bakteri gram positif dan gram negatif. Gentamisin ditambahkan untuk lebih menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. (Nisha Rijal, 2015)

  1. Alat dan Bahan :
    1. Alat :
      • Autoklaf
      • Petridish
      • Gelas ukur
      • Neraca analitik digital
      • Spatula
      • Kertas saring
      • Erlenmeyer
      • Kawat kasa
      • Kompor
      • Batang pengaduk
      • Alumunium foil
      • Kapas steril
      • Kertas dan kantung plastik
      • Kertas Label, Alat tulis
    2. Bahan :
      • Nutrient agar
      • Saboraoud 4% dextrose agar
      • Aquadest
      • Desinfektan (wipol)
      • Burner
  1. Cara Kerja :
    1. Lakukan persiapan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan media nutrient agar dan saboraud dextrose agar. Bungkus petridish dengan kertas secara rapat serta masukkan ke dalam kantung plastik.
    2. Lakukan penimbangan nutrient agar dan saboraud 4% dextrose agar sebanyak masing-masing untuk pembuatan media sebanyak 50 mL, dengan rumus :

Takaran agar (gr)/ 1000 x berapa mL media yang akan dibuat =….(gr)

Aplikasi:

  • Untuk Media NA : 20 gr/1000 x 50 mL= 1 gr
  • Untuk Media SDA : 65 gr/1000 x 50 mL=3,25 gr
  1. Dituang agar yang telah ditimbang ke masing-masing erlenmeyer dan diberi pelabelan dengan format nama agar, tanggal pembuatan dan nama kelompok praktikan.
  2. Lakukan pengukuran volume aquadest yang akan digunakan dengan gelas ukur sebanyak 50 mL, kemudian dituang ke masing-masing Erlenmeyer.
  3. Homogenisasikan antara agar dan aquadest dengan cara memanaskan Erlenmeyer diatas kompor sambil diaduk dengan batang pengaduk hingga mendidih.
  4. Tutup masing-masing mulut Erlenmeyer dengan kapas steril dan alumunium foil, ikat dengan karet. Pastikan tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi media dari zat atau bahan kontaminan yang masuk.
  5. Lakukan sterilisasi pada semua alat gelas yang akan digunakan dalam pembuatan media serta masukkan juga media yang telah dibuat tadi ke dalam autoklaf. Lakukan sterilisasi dengan suhu 121 oC, tekanan 1 atm selama 15 menit.
  6. Dinginkan alat gelas dan media di dalam Erlenmeyer pada suhu ruang.
  7. Hidupkan burner, lakukan fiksasi pada area pinggir petridish untuk menciptakan suasana steril. Tuang media yang ada di dalam Erlenmeyer ke masing-masing petridish. Beri pelabelan nama media. Kemudian lakukan fiksasi kembali pada areal pinggir petridish.
  8. Perhatikan ! Saat menuang cairan agar, hindari membuka cawan petri terlalu lebar untuk menghindari kontaminan yang mungkin masuk. lakukan fiksasi setiap membuka dan menutup cawan petri untuk menghindari kontaminasi pada media. Lakukan desinfeksi ruangan, meja dan alat yang digunakan setiap pembuatan media.
  9. Masukkan ke incubator, untuk menguji keberhasilan dan sterilitas pembuatan media baik nutrient agar maupun saboraud 4% dextrose agar pada suhu 37,0 oC selama 24 jam.
  10. Lakukan pengamatan setelah 24 jam. Lakukan interpretasi hasil dan pembuatan laporan.
  1. Hasil :
    1. Foto/ gambar
    2. Tabel Hasil Pengamatan Media :
No Jenis Media Agar Hasil
1 NA (I) Tidak Steril
2 NA(II) Tidak Steril
3 NA(III) Tidak Steril
4 SDA(I) Steril
5 SDA(II) Steril
  • Pembahasan :

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.

Berdasarkan komposisi kimianya dikenal medium sintetik dan medium nonsintetik atau medium kompleks. Komposisi kimia medium sintetik diketahui dengan pasti dan biasanya dibuat dari bahan-bahan kimia yang kemurniannya tinggi dan ditentukan dengan tepat. Diantara medium yang dibuat dalam percobaan ini yang termasuk dlam medium sintetik adalah medium yang mengandung agar, seperti halnya medium nutrient agar yang dignakan untuk mempelajari kebutuhan makanan mikroba. Di pihak lain komposisi nonsintetik tidak diketahui dengan pasti. Seperti bahan-bahan yang terdapat dalam kaldu nutrient yaitu ekstrak daging dan pepton.

Dalam pembuatan medium digunakan sebagai sumber makanan bagi mikroba. Seperti halnya pepton merupakan sumber nitrogen organik yang juga diperuntukan bagi mikroorganisme heterotrof. Laktosa dan Dextrose merupakan sumber energi bagi sebagian besar bakteri yang termasuk heterotrof. Dalam pembuatan medium harus digunakan aquades atau air murni (air hasil destilasi) karena air sadah pada umumnya mengandung kadar ion kalsium dan ion magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ekstrak daging, air dengan kualitas semacam ini dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan megnesium fosfat.

Medium yang akan dibuat dalam percobaan ini adalah Nutrient Agar (NA) dan Saboraud 4% Dextrose Agar (SDA). Di dalam pembuatan medium ini, sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pada media Saboraud 4% Dextrose Agar didapatkan hasil media yang steril setelah inkubasi media selama kurang lebih 24 jam. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya koloni jamur(fungi), mold maupun kontaminan bakteri yang tumbuh dan berkembang di dalam medium SDA ini.  Tetapi saat pengujian sterilitas media pada medium Nutrient Agar, terdapat koloni bakteri yang tumbuh pada ketiga media Nutrient Agar (NA). Hal ini ditandai dengan adanya sekitar 1-3 koloni bakteri yang tidak diketahui jenisnya tumbuh pada medium ini.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kontaminasi media agar :

  1. Sterilisasi medium yang kurang sempurna
  2. Medium memenuhi semua kebutuhan nutrien
  3. Proses praktikum yang tidak aseptis
  4. Lingkungan laboratorium yang kurang steril

 VIII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

  1. Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba juga medium dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
  2. Medium Nutrient Agar (NA) dan Medium Saboraud Dextrose Agar (SDA) merupakan medium padat (solid) jika diklasifikasikan berdasarkan bentuk.
  3. Media Nutrient Agar (NA) dan Saboraud dextrose agar (SDA) termasuk golongan media umum buatan (sintetis)
  4. Dalam pembuatan media, suasana steril harus selalu terjaga untuk mencegah kontaminan menkontaminasi media agar yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Gelose Nutritive. http://www.humeau.com/media/blfa_files/TC_213000-Gelose-Nutritive_EN_090909.pdf. Diakses tanggal 17 Desember 2016.

Dewa. 2013. Laporan Mikrobiologi Pembuatan Media. http://dewa-mikrobiologi.blogspot.co.id/2013/06/laporan-lengkap-mikrobiologi-pembuatan.html. Diakses tanggal 17 Desember 2016.

Febriana. 2012. Medium dan Cara Pembuatan Medium. http://laporanmikologi.blogspot.co.id/2012/10/medium-dan-cara-pembuatan-medium.html. Diakses tanggal 17 Desember 2016.

Rijal, Nisha. 2015. Saboraud Dextrose Agar (SDA) Principle, Composition, Use Colony Morphology. https://microbeonline.com/sabouraud-dextrose-agar-sda-principle-composition-uses-colony-morphology/ . Diakses tanggal 17 Desember 2016.

Sugianto, Ancu. 2015. Pembuatan media dan Sterilisasi Basah. http://ancusugianto.blogspot.co.id/2015/05/pembuatan-media-dan-sterilisasi-bahasah.html. Diakses tanggal 17 Desember 2016.

Schlegel,H.G. dan Schmidt, K.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Waluyo,Lud.Drs.M.Kes.2004.Mikrobiologi Umum.Universitas Muhammadiyah Press : Malang.

Wilda. 2009. Mengenal Berbagai Jenis Media. http://wildablog.blogspot.co.id/2009/11/mengenal-berbagai-jenis-media.html. Diakses tanggal 17 Desember 2016.


the À∠<ΗËΜíδτ

~be a good person with keep sharing and always appreciate my link, thanks~

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR LABORATORIUM MEDIK TENTANG PENGENALAN MIKROBIOLOGI DASAR “PEMBUATAN MEDIA TCBSA,MC,SSA,dan EMBA”

  1. Tujuan :
    1. Praktikan mengetahui dasar teori pembuatan media TCBSA,MC,SSA,dan EMBA
    2. Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan media TCBSA,MC,SSA,dan EMBA.
    3. Praktikan mengetahui cara pembuatan media TCBSA,MC,SSA,dan EMBA.
  2. Prinsip : ditimbang, dilarutkan, dipanaskan dan disterilisasi. Media bubuk agar ditimbang dengan neraca analitik, dilarutkan dengan aquadest, dipanaskan serta disterilisasi dengan autoclave dan dituangkan kedalam petridish steril.
  3. Dasar teori :

Media adalah salah satu campuran bahan yang terdiri dari zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Media agar adalah salah satu jenis media yang paling umum digunakan dalam mengisolasi atau mengkultivasi mikroorganisme. Media agar memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakteristik morfologi, sampai dengan perhitungan bakteri (total plate count).  Bentuk dan jenis mikroorganisme yang akan dibiakkan akan mudah diidentifikasi dengan pengbahan komposisi nutrient maupun penambahan indicator warna. Komposisi nutrient dapat dimodifikasi sehingga media dapat digolongkan menjadi media selektif, media umum, atau media diferensial. (Manangsang,Arya. 2012. PaduanPembuatan Media Na dan Strerilisasi. Online. www.aryamanangsang2.wordpress.com/2012/12/02/paduan-praktikum-pembuatan-media-nutrient-agar-dan-sterilisasi.html. diakses tanggal 31 Desember 2016)

Media selektif (selective media) adalah media yang mampu menumbuhkan bakteri tertentu (bakteri target atau bakteri yang kita inginkan) dan menghambat bakteri non target. Sedangkan media diferensial (differential media) adalah media yang berfungsi untuk membedakan karakter tertentu dari bakteri yang dekat kekerabatannya (karakter tersebut berupa warna, bentuk koloni atau pun kemampuan untuk memfermentasikan suatu bahan atau komponen di dalam media tersebut). Perbedaan karakter yang terbentuk menjadi tahap yang penting untuk identifikasi selanjutnya. (Yulisman,Hendra. 2015. Perbedaan Media Selektif dan Media Diferensial. Online. http://www.jakbelajar.com/2015/03/perbedaan-media-selektif-dengan-media.html. diakses tanggal 31 Desember 2016)

TCBS agar atau sering disebut dengan Thiosulfat Citrat Bile Salt Sucrose Agar digunakan untuk mengisolasi selektif vibrio cholera dan vibrio enteropatogenik. TCBS agar juga disebut sebagai Vibrio Agar selektif dan disiapkan sesuai dengan rumus Kobayashi et al. formula ini merupakan modifikasi dari media selektif dari Nakanishi. Semua pathogen Vibrio spp, kecuali Vibrio hollisae, akan tumbuh pada media agar ini. TCBS Agar ini sangat memenuhi persyaratan gizi dari Vibrio spp, dan memungkinkan Vibrio bersaing dengan flora normal usus. Vibrio spp dapat tumbuh dalam media yang mempunyai konsentrasi garam meningkat dan beberapa spesies halophilic. (Hasanan,Fitri. 2013. Pembuatan Media TCBS Agar. Online. www.fitrihasanah1213.blogspot.co.id/2013/01/pembuatan-media-tcbs-agar.html?m=1. Diakses tanggal 31 Desember 2016)

Medium SSA atau Salmonella Shigella Agar sesuai dengan namanya digunakan untuk membiakkan dan mengkultivasi Salmonella spp dan Shigella spp. Medium ini termasuk kedalam medium solid (padat). Klasifikasi media ini termasuk kedalam media selektif dan media diferensial untuk mengisolasi kuman Salmonella spp dan Shigella spp dari alat-alat kesehatan, bahan percobaan klinik, makanan atau minuman. SS Agar mengandung ekstrak daging sapi 5 gram, laktosa 10 gram, bile salt 8,5 gram, sodium citrate 8,5 gram, brilliant green 0,33mg, ferric citrate 1 gram, neutral red 0,025 gram, dan agar 13,5 gram. Media ini tersusun dari beberapa macam bahan yaitu campuran ekstrak daging serta peptone yang menyediakan kebutuhan nitrogen. Vitamin dan mineral serta asam amino diperlukan untuk pertumbuhan kuman. Campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green untuk menghambat bakteri gram positif, sebagian besar bakteri coliform, dan pertumbuhan swarming dari proteus sp sehingga kuman Salmonella sp dan Shigella sp dapat tumbuh dengan baik. Neutral red sebagai indicator. Ferric citrate mendeteksi adanya H2S yang dihasilkan oleh bakteri proteus dan beberapa strain dari salmonella akan terbentuk koloni dengan titik hitam ditengah. (HiMedia Laboratories. 2011. SS Agar Technical Data. Online.  [pdf]. www.himedialabs.com/TD/MP108.pdf. Diakses tanggal 31 Desember 2016)

Mac Conkey Agar adalah salah satu jenis media padat (solid) yang digunakan untuk mengidentifikasi mikroorgamisme. Medium ini termasuk kedalam media selektif dan diferensial. Jenis mikroba tertentu akan terbentuk koloni dengan cirri tertentu yang khas apabila ditumbuhkan padameia ini. Berfungsi sebagai medium isolasi bakteri gram negative dan membedakan bakteri yang memfermentasi laktosa dan yang tidak memfermentasi laktosa. Media ini mengandung laktosa ,bile salt,  dan neutral red sebagai indicator warna. Medium ini akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya bile salt yang membentuk Kristal violet. Koloni bakteri yang dapat memfermentasikan laktosa akan tumbuh berwarna merah bata dan dikelilingi oleh garam empedu. Endapan ini disebabkan oleh penguraian laktosa menjadi asam yang akan bereaksi dengan bile salt. Bakteri yang tidak memfermentasi laktosa biasanya adalah bakteri yang bersifat pathogen. Golongan bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan warna pada media yang berarti warna koloni dengan media sama. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni yang terpisah. (HiMedia Laboratories. 2011. Mac Conkey Agar Technical Data. Online.  [pdf]. www.himedialabs.com/TD/M081B.pdf. Diakses tanggal 31 Desember 2016 )

EMB-Agar (Eosin Methylene Blue Agar) adalah suatu media yang direkomendasikan untuk mengisolasi dan mendiferensiasi bakteri enteric gram negatif dari specimen klinik maupun non klinik. Media EMB Agar adalah kombinasi formula dari Levine dan Holt-Harris dan Teague. Terdiri atas ekstrak daging dan fosfat. Methylene blue dan eosin-y mencegah pertumbuhan  bakteri gram positif. Pewarna tersebut digunakan sebagai indicator diferensiasi sebagai respon golongan bakteri yang bisa memfermentasikan karbohidrat. Sukrosa ditambahkan ke media sebagai alternative karbohidrat untuk membedakan bakteri basil gram negatif yang tidak bisa memfermentasikan laktosa atau memfertasikannya dengan lambat. Koloni yang dihasilkan akan berwarna ungu kehitaman akibat percampuran pewarna methylene blue dan eosin ketika pH menurun. Campuran pewarna ini akan diserap kedalam koloni bakteri. Bakteri yang tidak dapat memfermentasi akan meningkatkan kadar pH menjadi medium dengan mengoksidasi protein, yang akan menghasilkan warna koloni yang bening atau tidak berwarna. Beberapa strain salmonella sp atau shigella sp tidak akan tumbuh karena adanya kedua pewarna ini. Makan diperlukan tes lanjutan untuk mengkonfirmasi isolasi ini. Ekstrak jaringan hewan ini mengandung karbon, nitrogen dan nutrisi esensial untuk pertumbuhan. Laktosa dan sukrosa berfungsi untuk memberikan energi dengan memfermentasikan karbohidrat. Eosin-Y dan Methylene blue digunakan sebagai indicator dan fosfat sebagai medium penyangga. (HiMedia Laboratories. 2011. EMB Agar Technical Data. Online.  [pdf]. http://www.himedialabs.com/TDM317.pdf. Diakses tanggal 31 Desember 2016)

4. Alat dan Bahan :

  1. Alat :
    • Autoklaf
    • Petridish
    • Gelas ukur
    • Neraca analitik digital
    • Spatula
    • Kertas saring
    • Erlenmeyer
    • Kawat kasa
    • Kompor
    • Batang pengaduk
    • Alumunium foil
    • Kapas steril
    • Kertas dan kantung plastik
    • Kertas Label, Alat tulis
  2. Bahan :
    1. TCBS Agar
    2. SS Agar
    3. MacConkey Agar
    4. EMB Agar
    5. Aquadest
    6. Desinfektan (wipol)
    7. Burner

5. Cara Kerja :

  1. Dilakukan persiapan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan media nutrient agar dan saboraud dextrose agar. Bungkus petridish dengan kertas secara rapat serta masukkan ke dalam kantung plastik.
  2. Dilakukan penimbangan keempat macam agar (TCBSA, EMBA,SSA, dan MC) sebanyak masing-masing untuk pembuatan media sebanyak :
  1. TCBSA (pembuata media sebayak 40 mL) ( 88gr/L)
  2. EMBA (sebanyak 30 mL) (36gr/L)
  3. MC (sebanyak 25 mL) (50 gr/L)
  4. SSA (sebanyak 25 mL) (60gr/L)

Takaran agar (gr)/ 1000 x berapa mL media yang akan dibuat =….(gr)

Aplikasi:

  1. TCBSA (pembuata media sebayak 40 mL) ( 88gr/L)
    1. 88/1000×40 = 3,52 gr
  2. EMBA (sebanyak 30 mL) (36gr/L)
    1. 36/1000×30 = 1,08 gr
  3. MC (sebanyak 25 mL) (50 gr/L)
    1. 50/1000×25 = 1,25 gr
  4. SSA (sebanyak 25 mL) (60gr/L)
    1. 60/1000×25 = 1,5 gr

 

  1. Dituang agar yang telah ditimbang ke masing-masing erlenmeyer dan diberi pelabelan dengan format (nama agar, tanggal pembuatan dan nama kelompok praktikan).
  2. Dilakukan pengukuran volume aquadest yang akan digunakan dengan gelas ukur sebanyak masing-masing jenis agar mL, kemudian dituang ke masing-masing Erlenmeyer.
  3. Dihomogenisasikan antara agar dan aquadest. Erlenmeyer dipanaskan diatas kompor sambil diaduk dengan batang pengaduk hingga mendidih.
  4. Khusus untuk pembuatan media TCBS Agar dan SS Agar, tidak diperkenankan media untuk dipanaskan dan disterilisasi di autoklaf. Dilakukan penuangan aquadest sebanyak diperlukan ke dalam Erlenmeyer kemudian disumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas bersih dan ditutup lagi dengan alumunium foil.
  5. Ditutup masing-masing mulut Erlenmeyer dengan kapas steril dan alumunium foil, ikat dengan karet. Dipastikan tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi media dari zat atau bahan kontaminan yang masuk.
  6. Dilakukan sterilisasi pada semua alat gelas yang akan digunakan dalam pembuatan media serta dimasukkan media yang telah dibuat tadi ke dalam autoklaf. Lakukan sterilisasi dengan suhu 121 oC, tekanan 1 atm selama 15 menit.
  7. Dinginkan alat gelas dan media di dalam Erlenmeyer pada suhu ruang.
  8. Untuk media TCBS Agar dan SS Agar dilakukan penuangan bubuk agar kedalam masing-masing Erlenmeyer yang berisikan aquadest yang telah disterilkan. Dihomogenkan antara Agar dan aquadest, dipanaskan dengan api kecil diatas kompor. Diaduk dengan batang pengaduk.
  9. Dihidupkan burner, difiksasi area pinggir petridish untuk menciptakan suasana steril. Dituang media yang ada di dalam Erlenmeyer ke masing-masing petridish. Diberi pelabelan nama media sesuai jenis Agar yang dituang kedalamnya. Kemudian,dilakukan fiksasi kembali pada areal pinggir petridish.
  10. Perhatikan ! Saat Cairan agar dituang, hindari membuka cawan petri terlalu lebar untuk menghindari kontaminan yang mungkin masuk. lakukan fiksasi setiap membuka dan menutup cawan petri untuk menghindari kontaminasi pada media. Lakukan desinfeksi ruangan, meja dan alat yang digunakan setiap pembuatan media.
  11. Dilakukan dokumentasi (foto media agar) dan pembuatan laporan.
  1. Hasil :
    1. dokumentasi
      media-emba
      Media EMB- Agar
      media-mac-conkey
      Media Mac Conkey-Agar
      media-ssa
      Media Salmonella Shigella Agar (SS-Agar)

      media-tcbsa
      Media TCBS-Agar

6. Pembahasan :

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, media yang terbentuk adalah media agar yang berbentuk kenyal di dalam cawan petri. Jenis media Agar yang dibuat adalah media agar TCBS, media Mac Conkey, media SS Agar,dan  media EMB Agar. Media-media ini termasuk ke dalam klasifikasi media selektifdan media diferensial. Dari keempat media yang telah dibuat, terdapat perbedaan warna yang terbentuk dari masing-masing jenis media. TCBS agar atau Thiosulfat Citrat Bile Salt Sucrose Agar adalah salah satu media agar yang termasuk kedalam media selektif maupun diferensial. Media ini diklasifikasikan selektif karena ia hanya digunakan untuk membiakkan bakteri Vibrio sp dan menghambat bakteri gram positif untuk tumbuh pada media ini. Media ini termasuk media diferensial adalah untuk membedakan morfologi warna pada Vibrio parahaemolitycus. Media ini tampak berwarna kehijauan. Hal ini disebabkan karena komposisi nutrient yang ada pada media TCBS Agar yaitu garam empedu yang menyebabkan media berwarna kehijauan. Media ini tidak boleh disterilisasi pada autoklaf karena media ini mengandung antinutrisi yang dapat merusak nutrisi jika disterilisasi. (Anonim, 2011. Laporan TCBS. Online. www.scribd.com/mobile/doc/80208820/Laporan-TCBS . Diakses tanggal 2 Januari 2017.)

Media Mac Conkey Agar digunakan untuk mengisolasi bakteri basil gram negative terutama family Enterobacteriaceae  dan genus Pseudomonas. Pada percobaan ini tampak berwarna merah keunguan (campuran dari kristal violet dan neutral red bile salt) dan bertekstur padat. Dalam media ini terdapat garam empedu sebagai penghambat bakteri gram positif yang menyebabkan media ini dikasifikasikan kedalam media selektif. Media ini disebut media diferensial adalah untu membedakan pertumbuhan mikroba yang mamou memfermentasikan laktosa dan yang tidak. Media ini harus disterilisasi guna menciptakan media yang bebas dari kontaminan guna mendapatkan mutu media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang dibiakkan. (Tri Atmojo,Andi.Media Mac Conkey Agar. Online. www.medlab.id/media-macconkey-agar. Diakses tanggal 2 Januari 2017.)

Media SS Agar pada percobaan ini tampak berwarna merah keunguan. Media ini digunakan sebagai isolasi dari Salmonella sp dan Shigella sp yaitu kuman penyebab penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne disease) oleh karena itu media ini termasuk media selektif. Media ini juga tidak boleh disterilisasi pada autoklaf karena media ini mengandung antinutrisi yang dapat merusak nutrisi jika disterilisasi. (Hadi. 2011. Pembuatan Media SS Agar. Online. www.scribd.com/mobile/doc/139555611/Laporan-S-S-Agar. Diakses tanggal 2 Januari 2017.)

Media EMB Agar dalam percobaan ini berwarna keunguan akibat dari campuran Eosin dan methylene blue. Media ini berfungsi untuk mengisolasi,kultur dan diferensiasi bakteri gram negatif (media selektif) berdasarkan kemampuan memfermentasi laktosa (terutama bakteri coliform E.coli) sehingga warna pertumbuhan bakteri akan berbeda tergantung pada kemamuan untuk memfermentasi laktosa (media diferensial).

 7. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

  1. Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba juga medium dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
  2. Dalam pembuatan media, suasana steril harus selalu terjaga untuk mencegah kontaminan menkontaminasi media agar yang dibuat.
  3. Media TCBS Agar dan Media SS Agar tidak boleh dilakukan sterilisasi dengan autoklaf karena mengandung antinutrien yang akan merusak nutrient yang terdapat dalam media agar saat terkena tekanan panas berlebih saat disterilisasi dengan autoklaf.
  4. Media Mac Conkey dan EMB Agar harus melalui proses sterilisasi guna menciptakan suasana media yang steril agar bakteri atau mikroorganisme yang dibiakkan murni adalah mikroorganisme target (mikroorganisme yang memang ingin dibiakkan tanpa adanya kontaminan).

 

Daftar Pustaka